Intisari-Online.com – Alkisah, ada seorang tukang batu yang melihat seorang pejabat yang naik mobil mewah. Lalu, ia berandai-andai.
Jika bisa menjadi seperti pejabat itu, wah.., betapa bahagianya dia! Ternyata, harapannya didengar. Jadilah ia seorang pejabat tinggi yang disegani, dihormati, dan pergi ke mana-mana naik mobil mewah.
Suatu hari, saat turun dari mobilnya, matahari bersinar amat terik sehingga dia kepanasan. Batinnya, "Matahari lebih hebat dari saya nih. Saya bisa kepanasan begini. Mendingan saya jadi matahari saja deh.." Harapannya didengar lagi. Jadilah dia matahari. Wah, dia sangat senang bisa menyinari bumi dengan panasnya. Pokoknya, tidak ada yang tahan dan tidak ada yang bisa melawan.
Nah, saat dia sedang asyik menyinari bumi, lewatlah awan yang menutupi sinarnya. Dia mengomel, "Kurang ajar nih awan, dia lebih hebat karena bisa menutupi cahayaku. Saya mau jadi awan saja deh!" Maka jadilah dia awan. Tapi tidak lama kemudian, dia ditiup pergi oleh angin.
"Waduh.., saya kalah sama angin. Angin ini kuat sekali! Lebih baik saya jadi angin, bisa menghembus semua hal di dunia ini hingga tiada sisa!" Maka, dia menjadi angin puyuh. Tapi saat sedang beraksi, ternyata ada satu benda yang tidak bisa dihembusnya. Bahkan, bergerak pun tidak. Itu adalah batu besar.
"Wah batu ini lebih kuat dari saya. Tidak bergerak sedikit pun saat saya hembus. Saya mau jadi batu besar saja!" Akhirnya dia pun menjadi batu. Tapi tidak lama kemudian, ada yang menghantamnya. Rupanya, ada tukang batu yang sedang berusaha menghancurkannya. Dan akhirnya orang yang menjadi batu itu hancur dalam ketidakpuasannya.
Bersyukur dalam segala hal, ini yang lebih baik kita lakukan. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi kita. (KBS)