Intisari-Online.com – Seorang anak yang cerdas dan aktif sedang bermain dengan mobil-mobilan yang dioperasikan dengan remote control. Tiba-tiba mobil mainan itu jatuh dan berhenti bekerja. Anak itu membawa mobil mainannya kepada ayahnya yang seorang insinyur.
Ayahnya membuka mobil mainan itu dengan obeng untuk memeriksa apa yang menjadi masalahnya. Anak itu penasaran dan melihat dengan hati-hati. Tiba-tiba ia berteriak kegirangan, “Ayah, aku telah menemukan mengapa mobil itu tidak bekerja.” Ia memasukkan jari mungilnya ke kursi depan mobil mainan itu dan mengambil seekor lalat mati. Ia pun berteriak dengan lantang, “Bagaimana bisa bergerak kalau pengemudinya sudah mati?”
Sebenarnya, itu adalah diagnosis yang salah. Ayahnya telah menemukan ternyata baterainya copot akibat jatuh tadi. Tapi ia menikmati komentar polos anak itu. Kemudian ia memperbaiki dan mengembalikan kepada anaknya yang kembali bermain dengan mobil mainannya.
Setiap kali kita menghadapi kegagalan atau bencana dalam hidup atau karier kita, kita menetapkan tanggung jawab pada beberapa orang lainnya. Dalam beberapa kasus, kesalahan sebenarnya mungkin karena kita sendiri. Tapi kita selalu memberikan atribut kepada orang lain sebagai nasib.
Kegagalan dan kejadian negatif dalam hidup kita harus melihat sebagai bagian dari rencana Tuhan bagi kehidupan kita. Tuhan memiliki rencana yang pasti dan spesifik pada setiap orang, untuk membawa kepada kebahagiaan dan bukan bencana.