Intisari-Online.com - Alkisah hiduplah seorang ayah yang hanya memiliki dua anak. Dua anak itu dirawatnya dengan baik dan keduanya kini sudah dewasa. Suatu hari, sang ayah sakit keras hingga sudah tidak mengenali orang-orang di sekitarnya lagi.
Sang anak pertama tinggal tak jauh dari rumah ayahnya. Setiap sore ia menyempatkan diri mampir untuk bertemu dengan ayahnya. Jika pekerjaan sedang sibuk, setidaknya ia tetap mampir seminggu dua kali. Ia selalu membawa istri dan anak-anaknya ke sana supaya dekat dengan ayahnya. Pekerjaan anak pertama ini tidak terlalu bagus namun ia dekat dengan ayahnya.
Berbeda dengan anak kedua. Ia bekerja jauh dari kota tempat tinggalnya. Ia punya karier cemerlang dan gajinya sangat besar. Setiap bulan ia bisa mengirimkan uang hingga jutaan rupiah untuk membantu hidup ayahnya. Namun, ia tak pernah bisa bertemu dengan ayahnya. Ia hidup dengan keluarganya sendiri dan sangat jarang bisa pulang kampung karena pekerjaan yang begitu sibuk.
Satu hari ketika mendengar kabar bahwa sang ayah sudah terbaring sakit, anak kedua ini pulang. Ia mendekat ke tubuh ayahnya dan berkata, "Ayah, ini aku." Sang ayah rupanya tidak mengenali si anak kedua. Anak itu dipanggilnya berulang-ulang dengan nama sang kakak. Ayah itu bahkan berkata, "Tidak mungkin anak bungsu itu pulang. Ia sibuk bekerja. Ia hanya bisa memberiku uang namun tak pernah memberiku waktu." Mendengar perkataan itu, menangislah si bungsu.
Terkadang kita lupap bahwa apa yang terpenting di dunia ini bukan uang. Habiskan waktu dengan orang-orang tercinta kita dan hormati orangtua yang sudah membesarkan kita. Mungkin waktu kita sudah tak banyak lagi.