Intisari-Online.com – Tiga biksu, setelah menyelesaikan pelatihan panjang dan ketat di sebuah biara, memutuskan untuk menguji kekuatan daya tahan mereka. Setelah mereka menganalisis, mereka memilih tempat paling kotor, yaitu peternakan babi, untuk menguji daya tahan mereka itu.
Mereka memutuskan untuk tinggal di kandang babi kotor, menghitung 1, 2, 3, dst dengan keras, untuk mengukur waktu tinggal. Orang yang bisa tinggal lama di tempat itu akan dinyatakan telah memperoleh daya tahan maksimal.
Mereka memasuki kandang babi dan mulai menghitung 1, 2, 3, dst. Pada hitungan ke-20, salah satu dari mereka bergegas keluar, tak tahan bau busuk. Yang lain terus menghitung, 21, 22, 23, dst. Pada hitungan ke-50, orang kedua juga berlari keluar dari kandang babi tersebut. Orang ketiga, terus tinggal, menghitung 51, 52, 53, dst. Pada hitungan ke-100, ada keributan besar dan semua babi bergegas keluar dari kandang babi itu. Tidak ada yang dapat mentolerir biksu yang lebih kotor dan keluarnya cairan nanah berbau daripada hewan di kandang itu.
Cerita ini adalah berlebihan dalam meremehkan makhluk lain. Kita mungkin menjadi beban nyata bagi orang lain, kita meyakini bahwa kita lebih unggul daripada yang lain. Kita mungkin mengkritik hanya kesalahan kecil saja yang ditemukan dalam kehidupan orang lain tapi melupakan keburukan yang lebih besar dalam hidup kita sendiri. Bagaimana mungkin kita bisa bicara tentang setitik nila di mata orang lain, sementara tanpa memperhatikan batang besar di mata kita sendiri?