Intisari-Online.com - Glaxos Smith Kline (GSK) menunjukkan komitmenya dalam menjaga kesehatan masyarakan Indonesia dengan mengajak Ikatan Dokter Anak Indonesia bersama dengan dukungan Kementrian Kesehatan Indonesia untuk membuat gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) diselenggarakan pada Kamis (3/3/2016) di Hotel JW Mariott, Kuningan.
Indonesia termasuk dalam kategori yang memiliki daerah endemik DBD kategori A. Artinya, penyakit DBD merupakanalasan utama rawat inap dan salah satu penyebab kematian utama pada anak. Kemenkes mencatat pada tahun 2014, terdapat 71.668 kasus DBD dengan 641 kasus kematian.
Oleh karena itu, GSK menginisiasi gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah dan mengajak Ikatan Dokter Anak Indonesia untuk memberikan kesadaran terhadap masyarakat dalam melakukan pencegahan dini demam berdarah dengue.
“ Ini merupakan bentuk kelanjutan komitmen kami pada MoU November 2015 lalu dengan Kementerian Kesehatan. Untuk melakukan gerakan ini kami perlu bekerja sama dan berkolaborasi dengan beberapa stakeholder yaitu Ikatan Dokter Anak Indonesia,” kata Pawan Sud, General Manager PT Sterling Product Indonesia (GSK Consumer Healthcare Indonesia).
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr. Aman B. Pulungan mengatakan, persoalan demam berdarah tidak kunjung selesai. “Kami mendukung gerakan ini karena dari 250 juta penduduk Indonesia, 90 jutanya adalah anak-anak. Anak-anak ini merupakan market dari demam berdarah dengue,” kata dokter Aman.
Meski demikian, dokter Aman tidak menampik bahwa demam berdarah dapat menyerang siapa saja. Demam berdarah tidak kenal level dan usia. Sebab, ia dan anak-anaknya pun pernah menjadi korban demam berdarah. “Kami menghimbau kepada sekolah dan perkantoran untuk memperhantikan kebersihan lingkungannya agar tidak ada sedikitpun sarang jentik-jentik nyamuk,”katanya.
Perlu diketahui, tindakan pencagahan penting untuk ditekankan kepada seluruh lapisan masyarakat karena belum ditemukan vaksin demam berdarah untuk memberi imun pada tubuh, lalu vector (pembawa virus) DBD terdapat di mana saja, dan mampu beradaptasi dengan perubahan suhu dan cuaca, kemudian obat khusus untuk menyebuhkan penyakit DBD belum ditemukan.
Data dari penelitian GSK juga mencatat dari 1000 responden sebesar 97% hanya mengetahui 3 gejala DBD. Kemudian, sebesar 65% tidak mengetahui bagaimana penanganan DBD serta obat yang harus dihindari. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengedukasi masyarakat dalam memberantas pemicu demam berdarah.
Hadir juga dalam peluncuran gerakan itu seorang ibu yang juga selebriti, Mona Ratuliu. Mona mengaku sangat terinformasi dengan adanya acara peluncuran gerakan melawan demam berdarah sendiri. Ia juga baru mengetahui bahwa perempuan saat yang terkena demam berdarah saat menstruasi cenderung lebih berbahaya, karena pendarahan saat menstruasi cenderung berlangsung tidak wajar. “Informasi seperti ini penting banget, apalagi anakku yang perempuan sudah menginjak remaja karena umurnya sudah 12 tahun, jadi bisa jaga-jaga kalau dia kena gejala demam berdarah,” ujarnya.