Pemimpin Versi 2013

Lily Wibisono

Editor

Pemimpin Versi 2013
Pemimpin Versi 2013

Intisari-Online.com - Jokowi, Gubernur DKI, di hari ke-73 nya memimpin Jakarta memperoleh anugerah tokoh Newsmaker dari Persatuan Wartawan Indonesia. Tak pernah sehari pun media absen memberitakan Jokowi. Barangkali karena ia mengingatkan kita kepada Ali Sadikin, gubernur DKI yang bicaranya juga ceplas-ceplos dan ide-idenya bikin syok. Sejarah kemudian membuktikan Ali Sadikin adalah gubernur yang sukses. Warga DKI tanpa rapat dan kesepakatan, telah mengabadikan namanya di ruang kehormatan benak mereka. Bang Ali kini adalah gubernur yang sangat dihargai dan dicintai warga Jakarta.

Padahal hubungan Bang Ali dengan warga Jakarta pada masa jabatannya dulu tidak selalu semanis madu. Kebijakannya melegalkan judi pernah bikin marah kalangan agama. Tapi Bang Ali malah mengatakan kepada para ulama untuk sebaiknya membeli helikopter saja karena jalan-jalan di ibukota akan dibiayai dari pajak judi! Bang Ali memang keras kepala.

Bung Karno: koppig, perlu juga

"Ada yang ditakuti dari Ali Sadikin itu. Apa? Ali Sadikin itu orang yang keras. Dalam bahasa Belanda ada yang menyebutnya een koppige ven (seorang yang keras kepala), koppig ... Saya kira dalam hal mengurus Kota Jakarta Raya ini baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala). Apalagi ndoro dan ndoro den ayu sudah tahu, tidak boleh membuang sampah semau-maunya di pinggir jalan. Tetapi masih banyak toh yang membuang sampah di pinggir jalan. Nah, itu perlu dihadapi oleh orang yang sedikit keras, yang sedikit koppig," ujar Bung Karno dalam pidato pengangkatan Ali (dikutip dari Memoir Ali Sadikin besutan Ramadhan KH).

Tak ada pemimpin yang tak yang tak pernah keliru; Dan kekeliruan itu akan disadarinya kalau ia terbuka terhadap saran dan kritik. “Kritik itu biasa bagi orang yang berpikir,” ujar Ali Sadikin.

Perihal kekeliruan, J.F. Kennedy, presiden AS yang kepemimpinannya amat menonjol, pernah mengatakan, “An error doesn't become a mistake until you refuse to correct it.” Konsep kepemimpinan menurut JFK juga erat kaitannya dengan kemauan si pemimpin untuk belajar. “Leadership and learning are indispensable to each other.

Meniru Ali, JFK, Mandela, dan Gandhi

Sebenarnya tidak hanya pelayan publik atau pejabat karier di lingkungan swasta yang perlu menimba ilmu dari tokoh-tokoh karismatik di masa lalu. Lihatlah diri Anda sendiri. Kalau bukan kepala keluarga, Anda mungkin ibu rumah tangga yang mengelola rumah tangga dan segenap isinya. Anda barangkali lajang yang memiliki tanggung jawab dan wewenang yang harus diemban. Bila pun belum bekerja, barangkali Anda mahasiswa atau pelajar dengan setumpuk tugas yang mesti dituntaskan. Semua itu tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa menyertakan kepemimpinan.

Tahun baru selalu mengingatkan kita pada mimpi-mimpi. Anda ingin sukses di bangku sekolah, mendapatkan promosi di kantor; menjadi guru atau penyuluh yang lebih baik, dokter yang lebih sukses, pemadam kebakaran yang lebih cerdas, pengusaha dengan jaringan mendunia, mendapatkan pasangan hidup yang oke, membangun keluarga bahagia; semuanya tidak gampang diraih. Untuk menaklukkan onak duri, tebing curam, belokan tajam, lubang-lubang dan bebatuan yang nanti akan membuat Anda tersandung, dibutuhkan tekad, sedikit kepala batu seperti Ali Sadikin, tapi juga kemauan belajar seperti J.F. Kennedy. Beda lagi dengan Nelson Mandela dan Mahatma Gandhi yang mengedepankan pelayanan. Tanpa kekerasan mereka berhasil menumbangkan penjajahan. Tapi semuanya memiliki kesamaan - mereka punya nyali.

Dengan nyali, kita siap memeras keringat bekerja keras. Dengan nyali kita siap mengakui kesalahan dan memperbaiki diri. Dengan nyali pula kita cukup percaya diri untuk menjadi “pelayan” bagi konstituen, stakeholder, pihak-pihak yang kita layani. Biarkan empati membuka kepekaan Anda, ketulusan meluruskan jalannya, dan nyali jadi motor penggeraknya.

Selamat tahun baru 2013. “Semoga semakin menghentak,” ujar sebuah pesan BB teman saya. J