Passion: Ditemukan atau Dibangun?

Lily Wibisono

Editor

Passion: Ditemukan atau Dibangun?
Passion: Ditemukan atau Dibangun?

Intisari-Online.com - Ingat Arnold Schwarzenegger, ingat Terminator. Pernah menduduki posisi terhormat sebagai aktor termahal dunia, tahun lalu terbit autobiografinya, Total Recall, My Unbelievably True Story (Simon Schuster, 2012). Buku itu adalah rentetan bukti tentang hasil yang dapat diraih bila seseorang tahu apa yang diinginkannya, menentukan pilihan-pilihan yang tepat, dan bekerja keras serta cerdas.

Diawali dari keberhasilan menyabet gelar Mr. Universe tahun 1967 (pada usia 20 tahun), ia meraih tiket ke AS, membangun bisnis di bidang body building, masuk ke dunia Hollywood, sampai terpilih menjadi Gubernur Negara Bagian California. Setiap fase kehidupan dijalaninya dengan penuh passion. Hebat nian anak kampung dari Desa Thal, Austria, yang sunyi ini.

Arnold Schwarzenegger tahu apa yang ia kejar. Tanpa orangtua yang menyediakan jalan siap pakai, kecuali pembentukan karakter disiplin dan pekerja keras, Arnold Schwarzenegger memilih, membuka, dan meniti jalan sendiri sejak usia 15 tahun. Tapi berjuta-juta anak muda lain, dengan bekal pendidikan cukup, orangtua yang punya jaringan luas, bingung memilih jalur karier.

Sering kita mendengar, “Kalau mau sukses, follow your passion.” Percaya tidak, mantra itu jika dilakukan dengan membabi buta malah dapat menjerumuskan. Cal Newport, ilmuwan komputer yang sudah menulis empat buku perihal passion, mengatakan, “Passionitu tidak siap pakai, melainkan harus dibangun dan dibentuk.”

Ryan Chatterton, dalam blog Brazen Life (blog.brazencareerist.com) merumuskannya:

(Keingintahuan + keterlibatan) x waktu = passion

Faktor “waktu” menunjukkan bahwa tak ada sesuatu yang dapat dicapai dalam semalam. Apalagi kesuksesan.