Intisari-Online.com - Indonesia, diprediksikan akan menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi ke-4 di dunia, akibat obesitas. Penyakit karena kelebihan gizi. Ironis? Tentu saja. Karena saat ini negara kita belum terlepas dari masalah-masalah klasik negara berkembang yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
Kekurangan dan kelebihan ternyata sama-sama bisa amat merepotkan. Disadari atau tidak, kita sering kali lebih khawatir “kekurangan” dibandingkan dengan “kelebihan”. Daftar ketakutan kita panjang sekali: kekurangan makan, kekurangan cinta, kekurangan waktu, kekurangan duit, kekurangan bahan, kekurangan anggaran, kekurangan penghargaan, dst.
Ketika plastik di awal abad ke-20 mulai dipergunakan dalam kebutuhan praktis, temuan ini dianggap sangat cerdas. Tapi kini kita menempuh segala daya untuk mengurangi konsumsi plastik.
Sepanjang sejarah berjajar bukti bahwa “kebanyakan” pun telah membawa banyak masalah besar. Terlalu banyak ego, lahirlah Hitler. Terlalu banyak libido, dapat meruntuhkan karier. Tengok Dominique Strauss-Kahn, Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF), yang karena skandal seks dengan pelayan hotel telah kehilangan jabatan, karier, harga diri, bahkan sedang dalam proses perceraian dengan istrinya. Sebuah akhir tragis untuk seseorang yang tadinya disebut-sebut berpeluang menjadi calon Presiden Prancis. Tak jauh berbeda adalah nasib Aceng HM Fikri yang dicopot sebagai Bupati Garut karena masalah dengan istri siri.
Ingin kaya, tentu baik. Tetapi “terlalu” ingin kaya, hasilnya kasus korupsi yang tak ada habisnya. Membawa diri dalam hidup ternyata butuh kemampuan menakar yang pas. Tak lebih dan tak kurang.