Intisari-Online.com - Pada tahun 1979, mantan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Marks menerbitkan sebuah buku berjudul 'Pencarian untuk 'Kandidat Manchuria', yang berfokus pada eksperimen pengendalian pikiran CIA dan didasarkan pada dokumen agensi yang dirilis di bawah Undang-Undang Kebebasan Informasi.
Istilah 'Kandidat Manchuria' muncul dari sebuah judul novel karya Richard Condon yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1959, yang bercerita tentang seorang tentara AS yang dicuci otaknya dan diubah menjadi seorang pembunuh oleh Komunis.
Saat itu, ketakutan bahwa saingan Amerika mungkin menggunakan teknik seperti itu bukan hanya fantasi fiksi, tetapi juga masalah yang sangat serius.
Beginilah cara John Marks menggambarkannya: “Pada tahun 1947, Undang-Undang Keamanan Nasional tidak hanya menciptakan CIA tetapi juga Dewan Keamanan Nasional – singkatnya, struktur komando untuk Perang Dingin. Para pemimpin [Kantor Layanan Strategis] masa perang seperti William Donovan dan Allen Dulles melobi dengan tergesa-gesa untuk Undang-Undang tersebut. Para pejabat di dalam struktur komando yang baru segera mewujudkan ketakutan dan gagasan muluk mereka. Bereaksi terhadap ancaman yang dirasakan, mereka mengadopsi sikap kejam dan suka berperang terhadap siapa pun yang mereka anggap sebagai musuh – terutama Uni Soviet. Mereka mengambil tanggung jawab untuk memerangi komunisme dan hal-hal yang mungkin mengarah pada komunisme di mana pun di dunia.”
Melansir media Rusia Russian Today (RT), Selasa (24/5/2022), pada tahun 1975, komite terpilih Senat AS ini, yang diketuai oleh senator Demokrat dari Gereja Idaho Frank, menyelidiki kemungkinan pelanggaran intelijen yang dilakukan di masa lalu.
Itu adalah bagian dari apa yang disebut 'Tahun Intelijen', serangkaian investigasi terhadap operasi yang mencakup "kegiatan ilegal, tidak pantas, atau tidak etis," sebagaimana dinyatakan oleh resolusi pembentukan komite Gereja.
Sebenarnya, ada alasan bagi publik AS untuk mempertanyakan metode dinas rahasia.
Setelah skandal Watergate, terungkap bahwa CIA memiliki peran langsung dalam apa yang terjadi.
Saat menjelaskan kegiatan CIA dalam artikelnya untuk New York Times, jurnalis Seymour Hersh menyebutkan operasi lembaga lain yang menargetkan warga Amerika. CIA sendiri baru merilis dokumen soal itu pada 2007.
Jadi, komite Gereja memiliki cukup banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Para anggota mengadakan 126 rapat komite penuh, 40 dengar pendapat subkomite dan mewawancarai sekitar 800 saksi.
Setelah menelusuri 110.000 dokumen, komite tersebut menerbitkan laporan akhirnya pada April 1976.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR