Seni Menjadi Pawang

Lily Wibisono

Editor

Seni Menjadi Pawang
Seni Menjadi Pawang

Intisari-Online.com -Apakah kening Anda berkerut saat membaca headline pada cover: “Berutang dan Tetap Menang?” Kalau ya, Anda mungkin berpaham “hanya pecundang yang berutang”. Jangan tersinggung, barangkali Anda sudah ketinggalan zaman. Coba ingat-ingat, kapan tak masuk tawaran utang ke gadget di tangan Anda?

Namun, utang itu ibarat pisau. Perlakukan dia dengan cerdas, pisau menjadi alat berguna. Perlakukan dengan semena-mena, ia membawa petaka. Ibarat api, dalam jumlah pas utang adalah energi. Lepas kendali, sang energi akan mencekik Anda mati.

Manusia disebut cerdas ketika ia tahu menjinakkan binatang buas menjadi rekan, seperti pawang harimau di sirkus; atau seperti badut, yang tahu bagaimana menggubah kepahitan hidup menjadi satire yang menggelitik urat geli.

“Siapa pun boleh utang”, Sorotan kali ini, membawa pawang-pawang “utang” kepada Anda untuk berbagi kiat. Mereka mengajarkan seni mengolah dan menjinakkan utang. Alih-alih menjadi korban utang, manfaatkan dia untuk menjadi pemenang.

Mengelola utang butuh sikap adaptif. Tak beda dengan Andris Wijaya di Rubrik Inspiratif (hlm. 70), lulusan sekolah politeknik yang terpaksa terjun dalam bisnis beras. Pengetahuan tekniknya dijadikan modal berguna dalam pengembangan bisnisnya.

“Strategi Jitu Demi Jakarta Baru” (hlm 54) menengok terobosan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama dalam mengelola “binatang buas” bernama Jakarta.

Lepas dari semua itu, jangan lupa pula, manusia hidup karena cinta. “Dari Orang Gila untuk yang Gila Lari” (hlm 30) adalah bukti bahwa dalam soal cinta, untung-rugi tak relevan lagi. Rasa cinta dan ketulusan pula yang melahirkan Gerakan Sabang Merauke (hlm. 46) . Apakah Anda pun punya kegiatan semacam ini?

(klik gambar untuk melihat ukuran yang lebih besar)