Membangun Kediaman Hati

Lily Wibisono

Editor

Membangun Kediaman Hati
Membangun Kediaman Hati

Intisari-Online.com - Rumah adalah cerminan jiwa pemiliknya,” Ralph Waldo Emerson pernah menulis. Dua abad kemudian, dengan kemajuan teknologi dan perbedaan yang telah terjadi, kata-kata pemikir dari AS itu rasanya masih relevan juga.

Berapa dana dan daya yang bersedia kita investasikan demi mendapatkan sebuah rumah idaman? Meskipun kriteria layak bervariasi, namun benang merahnya ada. Intisari bersama tim Tabloid Rumah dan Majalah Idea, dalam edisi ini menjajarkan benang merah tersebut.

Dari soal-soal teknis dan fisik seperti cara-cara mendirikan pagar yang berkepribadian, carport yang ekonomis, membangun rumah dengan sirkulasi udara baik, membangun rumah yang aman bagi anak-anak, sampai pada masalah-masalah berkaitan dengan pengelolaan rumah: air bersih, pengolahan limbah, lika-liku persinggungan dengan “orang ketiga” yang tinggal satu rumah.

Edisi ini dimaksudkan untuk membuat Anda “ngeh”, bahwa memiliki rumah tidak berhenti pada membeli atau membangun. Orang bijak mengatakan, “Rumah adalah tempat di mana hati Anda berada”. Betah, pomah, kata orang Jawa. Maka dapat dimengerti bila pemilihan warna saja dapat menjadi persoalan besar. Tahukah Anda kalau warna biru tidak saja menciptakan suasana tenang, tetapi juga produktif? Karena setiap warna menciptakan ambience tersendiri. Pemilihan material juga, pembagian ruang pun demikian.

Sejauh mana sebuah rumah memberikan makanan dan api bagi tubuh dan jiwa para penghuninya, sangat tergantung pada keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan yang diambil pemiliknya. Membangun rumah sejatinya adalah membangun kediaman bagi hati.Berikut ini daftar isinya:

--Dikutip dari artikel “Dari Kami” di Majalah Intisari edisi Ekstra: Inspirasi Cerdas Rumah & Keluarga, Februari 2014.--