Intisari-Online.com -“Belikan, tidak, belikan, tidak, belikan, tidak…”
Berhari-hari lamanya saya galau untuk mengambil putusan. Yup, saya benar-benar bingung saat anak sulung saya yang baru kelas 2 sekolah dasar merengek-rengek minta dibelikan gadget. Hati kecil saya berkata, jangan dulu. Tunggu sampai dia cukup dewasa. Saya tidak ingin jagoan kecil saya ini terpapar beragam efek gadget yang kata orang lebih banyak berdampak buruk ketimbang positifnya.Tapi, yang saya lakukan justru sebaliknya. Saya belikan dia gadget. Duh!
Sejujurnya, saya tidak tega menolak permintaan anak saya. Bagaimana tidak, hampir semua teman sekelasnya memegang gadget. Saya ingat betul bagaimana nelangsanya dianggap sebagai “anak cupu” karena lain sendiri dibanding teman-teman.
Putusan yang saya ambil mungkin layak diperdebatkan. Namun, untuk sekarang, sungguh muskil rasanya melarang anak berdekatan dengan gadget. Itu seperti melawan zaman!
Anak saya dan teman-temannya adalah generasi yang oleh para pakar dilabeli sebagai Generasi Z. Generasi yang terlahir di rentang 1994-2009 ini memiliki kemampuan tinggi dalam mengakses informasi sehingga mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan dirinya.
Tentang dampak gadget sendiri, terutama dalam pengaruhnya ke otak anak, sesungguhnya masih debatable. Ada penelitian yang menyebut gadget berpengaruh buruk bagi perkembangan otak anak, tapi ada juga yang menyimpulkan gadget bisa membantu kecerdasan anak. Pembahasan lebih dalam bisa dibaca di artikel Sorotan yang berjudul “Pengaruh Gadget Terhadap Otak Anak”di halaman ??.
Saya jadi teringat ujar-ujar penyair Charil Anwar.
"Ada yang berubah, ada yang bertahan. Karena zaman tak bisa dilawan. Yang pasti, kepercayaan harus diperjuangkan.”
Tabik