Intisari-Online.com - Disebut sebagai Hari Pahlawan, memang apa penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya?
Ketika kita belajar sejarah, penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dikisahkan.
Ini karena pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Sebenarnya, ada dua hal yang menjadi awal mula pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Pertama adalah tewasnya Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby.
Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (21/5/2022), Jenderal AWS Mallaby tiba di Surabaya pada akhir Oktober 1945, hanya 1 bulan setelah Indonesia merdeka.
Pada saat itu, dia memimpin pasukan Sekutu untuk mengerjakan beberapa tugas.
Di antaranya melucuti senjata para serdadu Jepang, mengangkut tawanan perang, dan menjaga ketertiban di Surabaya.
Akan tetapi pasukan Sekutu tidak melakukan tugas-tugas di atas.
Hal ini membuat terjadi ketegangan antara pemuda di Surabaya dengan pasukan Sekutu.
Awalnya ketegangan bisa diurai. Tapi pasukan Sekutu bersikap curang dan malahan menyerang sebuah kampung penduduk.
Pertikaian pun tidak bisa dihindarkan.
Akibatnya sejumlah perwira Inggris ditahan oleh pemuda Surabaya.
Di antaranya ada Jendral Mallaby, Kapten Smith, Kapten Shaw, dan Letnan Laughland.
Saat perdebatan, Jendral Mallaby tewas terkena serangan granat dan terkena mobilnya.
Kematian Jendral Mallaby lantas membuat marah pasukan Sekutu. Mereka pun mengeluarkan ultimatum.
Ultimatum inilah yang menjadi alasan kedua pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Kapten Shaw mengambil alih kepimpinan dan memberikan ultimatum kepada rakyat Indonesia.
Di mana mereka ingin Indonesia menyerahkan Kota Surabaya atau pasukan Sekutu akan menyerang dari darat, laut, maupun udara.
Tentu saja ultimatum itu tidak dihiraukan oleh pemuda Surabaya. Malahan mereka memutuskan untuk melawan.
Dibantu TKR, pemuda di Surabaya menyerang pasukan Sekutu dan terjadilah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Baca Juga: Inilah Awal Mula Penyebab Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
| Source | : | Kompas.com |
| Penulis | : | Mentari DP |
| Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR