Tampaknya obsesi pada kehidupan abadi sepadan dengan risikonya, dan oleh karena itu ramuan beracun seperti itu terus dikonsumsi sepanjang sejarah China.
Salah satu penyebutan paling awal tentang ramuan keabadian berasal dari periode Negara-Negara Berperang, yang berlangsung dari abad ke-5 hingga ke -3 SM.
Sebuah cerita ditemukan di Zhanguo Ce (Catatan Negara-Negara Berperang) dan Hai Feizi (kumpulan esai dari aliran pemikiran Legalis) yang melibatkan ramuan keabadian. Kedua karya ini berasal dari abad ke-3 SM .
Menurut cerita ini, Qingxiang, Raja Chu, pernah diberikan 'bu si zhi yao', yang dapat diterjemahkan berarti 'obat keabadian'.
Dengan kata lain, dia disajikan dengan ramuan keabadian.
Saat bendahara membawa ramuan itu ke dalam istana, seorang penjaga di gerbang bertanya apakah itu bisa dimakan, dan ketika dia menjawab ya, penjaga itu mengambil ramuan itu, dan memakannya.
Salah satu kasus kematian paling terkenal akibat keracunan obat mujarab adalah kasus Qin Shi Huang, kaisar pertama China.
Ada banyak cerita tentang obsesi Qin Shi Huang dengan keabadian.
Pada tahun 2017, satu set slip kayu ditemukan di Hunan, sebuah provinsi di China Tengah.
Slip berisi perintah eksekutif kaisar untuk mencari ramuan keabadian di seluruh negeri, dan balasan resmi dari pemerintah daerah.
Salah satu cara Qin Shi Huang berharap untuk mencapai keabadian adalah melalui konsumsi ramuan keabadian, yang sebenarnya pil merkuri, disiapkan oleh fangshi-nya (dapat diterjemahkan berarti 'ahli alkimia').
Qin Shi Huang tercatat meninggal karena keracunan merkuri.
Kematian Qin Shi Huang karena keracunan ramuan tampaknya tidak menghalangi kaisar masa depan untuk mencari keabadian dengan cara yang sama.
Dengan demikian, selama sejarah panjang China, banyak kaisar lain menemui ajalnya karena ulah mereka sendiri karena mengonsumsi ramuan untuk memperoleh keabadian.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR