Menurut beberapa sumber, pencarian kaisar untuk keabadian melibatkan pengumpulan darah menstruasi perawan perempuan dan menggunakannya untuk membuat zat yang disebut 'timbal merah', yang ia konsumsi.
Banyak gadis berusia 13-14 tahun disimpan untuk produksi ramuan keji tersebut, dan hanya diberi makan daun murbei dan air hujan, karena Kaisar percaya itu akan menjaga kemurnian zatnya.
Para wanita muda dipukuli dan kelaparan dan jika mereka jatuh sakit mereka dibuang.
Selirnya juga dipukuli dengan kejam agar tunduk sehingga mereka secara pasif memenuhi setiap keinginan seksualnya.
Sepanjang sejarah Tiongkok, pembunuhan atau percobaan pembunuhan kaisar bukanlah sesuatu yang asing.
Pertumpahan darah merupakan hal yang biasa terjadi untuk menggulingkan kaisar dan memeperebutkan takhta.
Tetapi, yang terjadi pada Kaisar Jiajing mungkin salah satu yang paling tidak biasa.
Pada malam ketika Kaisar Jiajing menginao di kamar selir favoritnya, Permaisuri Duan (dikenal juga sebagai Lady Cao) ke-16 wanita istana yang sudah muak terhadap kekejaman kaisar, melakukan aksi 'gila' mereka.
Setelah selir Duan mundur bersama para pelayannya, kaisar ditinggalkan sendirian.
Saat itulah para wanita istana mengambil kesempatan untuk menyerang.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR