Menjual Pedas dalam Sebuah Botol: Sambal Hellyeah (2)

Agus Surono

Editor

Menjual Pedas dalam Sebuah Botol: Sambal Hellyeah (2)
Menjual Pedas dalam Sebuah Botol: Sambal Hellyeah (2)

Intisari-Online.com - Siapa tak kenal dengan Sambal Bu Rudi? Sekarang ini sambal botolan Bu Rudi sudah menjadi oleh-oleh khas Surabaya. Siapa mengira bahwa sambal adalah bisnis besar. Beragam varian sambal kemasan kini beredar di pasaran. Semua menawarkan sensasi pedas mendekati rasa sambal cobek. Sebab, tak semua orang bisa mengulek cabai.

Berikut ini beberapa sentra penghasil sambal yang layak Anda coba. Tentu khusus mereka yang suka pedas. Jika tak suka pedas, risiko tanggung sendiri ya.

Sambal Hellyeah Tren penganan pedas di Bandung, Jawa Barat, juga memicu Irdham Arbina (30) membuat sambal kemasan bermerek Hellyeah. Usaha ini digeluti Irdham sejak Juli 2011. ”Saya coba membuat 20 botol sambal goang. Konsumen awal teman-teman sendiri yang dipaksa beli Rp25.000 per botol. Jual dedet kata orang Sunda,” ujar Irdham seraya tertawa lepas.

Pengalaman itu membuat Irdham lebih serius menerjuni bisnis sambal kemasan. Sebulan kemudian, dia menawarkan tiga varian rasa sambal, yaitu sambal goang, sambal daun jeruk, dan sambal udang. Ia menggunakan cabai domba dari Lembang, Bandung. Sebulan, dia menghabiskan 200 kilogram cengek domba.

”Saya menamakan sambal saya sepop mungkin, Hellyeah. Ini adalah ungkapan spontan anak muda saat menikmati sesuatu,” kata Irdham.

Irdham menjajakan Hellyeah mulai dari titip jual di toko penganan, promosi lewat media sosial, hingga menawarkan usul varian sambal baru kepada masyarakat. Kini, Irdham mampu menjual hingga 3.000 sambal kemasan per bulan dengan harga Rp 20.000 per kemasan.

Sambal yang awalnya dibuat dengan tangan atau diulek kini dilakukan dengan mesin giling. Satu varian baru yang juga menjadi andalan Hellyeah adalah sambal keluwak yang terinspirasi dari bumbu rawon khas Jawa Timur.

Pangsa pasar Hellyeah juga diperluas, mulai dari kaum muda sampai pegawai kantoran di kota-kota besar. ”Saya yakin banyak pegawai kantoran di Jakarta berasal dari kampung. Mereka pasti kangen menikmati sambal,” kata Irdham. (Kompas.com)