Intisari - Online.com -Hubungan antara Yunani dan Turki kembali memanas.
Hal ini diakibatkan sengketa wilayah udara terbaru antara dua negara bertetangga Eropa yang juga anggota Pakta Pertahanan NATO itu.
Ketegangan terbaru ini terjadi setelah beberapa pesawat Turki dan Yunani saling terbang di wilayah yang disengketakan di atas Laut Aegean.
Athena mengatakan penerbangan yang dilakukan oleh Turki itu adalah sebuah provokasi dan pihaknya sudah melaporkan aksi Ankara ini kepada NATO.
"Saya menjelaskan kepada sekretaris jenderal bahwa perilaku seperti ini oleh sekutu NATO ... tidak dapat diterima," ujar Perdana Menteri (PM) Yunani Kyriakos Mitsotakis dikutip Al Jazeera, Jumat (29/4/2022).
"Ini merusak keamanan Eropa serta persatuan ... NATO pada saat di antara anggota NATO sangat diperlukan bagi kita semua untuk tetap bersatu saat kita menghadapi agresi berkelanjutan Rusia di Ukraina."
Menanggapi pernyataan ini, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan komentar Athena tidak mencerminkan kenyataan.
Bahkan, Ankara menuduh Yunani lah yang memancing provokasi.
"Angkatan Udara Yunani telah melakukan penerbangan provokatif di dekat pantai kami pada 26-28 April, dan telah berulang kali melanggar wilayah udara kami di Datca, Dalaman dan Didim," kata kementerian itu.
"Sementara Yunani adalah pihak yang memicu ketegangan, menuduh negara kami dengan klaim tak berdasar tidak sejalan dengan agenda positif dan sikap bertetangga yang baik yang dicapai baru-baru ini," tambahnya.
Yunani dan Turki diketahui memiliki sejarah konflik teritorial yang cukup panjang.
Meski keduanya merupakan anggota NATO, keduanya sempat datang ke ambang perang pada tahun 1996 akibat konflik teritorial di wilayah Laut Aegean.
Selain itu, keduanya juga memiliki sengketa teritorial di wilayah Siprus Utara.
Turki mengklaim itu merupakan bagian dari Republik Siprus Utara.
Wilayah itu merupakan daerah yang mayoritas dihuni etnis Turki.
Di sisi lain, Yunani memandang wilayah itu sebagai bagian dari Republik Siprus.
Republik Siprus sendiri juga sebenarnya sebuah negara yang dihuni mayoritas oleh warga berbahasa Yunani.
Perbandingan militer Yunani-Turki
Panas dingin hubungan antara Yunani dan Turki terjadi sejak negeri para Dewa itu memenangkan kemerdekaannya dari Kekaisaran Ottoman pada tahun 1830.
Kedua negara tercatat telah berhadapan satu sama lain dalam empat perang besar yaitu Perang Yunani-Turki (1897), Perang Balkan Pertama tahun (1912-1913), Perang Dunia Pertama (1914-1918) dan terakhir Perang Yunani-Turki (1919–22), yang diikuti oleh pertukaran penduduk Yunani-Turki dan periode persahabatan hubungan di tahun 1930-an dan 1940-an.
Di atas kertas, kekuatan militer Turki berada di atas Yunani.
Disitir The Global Fire Power, Jumat (14/8/2020), untuk kekuatan udara, Turki memiliki total pesawat 1.055 dengan jumlah pesawat tempur 206 dan helikopter 497.
Sementara total pesawat yang dimiliki Yunani adalah 566 dengan jumlah pesawat tempur 187 dan helikopter mencapai 231.
Di darat, Turki mempunyai 2.622 tank, 8.777 kendaraan lapis baja, 1.278 kendaraan artileri, 1.260 senjata artileri, proyektor roket 438.
Sementara Yunani memiliki 1.355 tank, 3,691 kendaraan lapis baja, 547 kendaraan artileri, 463 senjata artileri dan 152 proyektor roket.
Untuk di laut, kedua negara sama-sama tidak mempunyai kapal induk dan penghancur.
Meski begitu, kekuatan armada Turki berada di atas Yunani dengan 149 berbanding 116.
Turki unggul tipis dari segi kepemilikan kapal selam dan frigates dari Yunani dengan 12 berbanding 11 dan 16 frigates lawan 13.
Sementara Turki memiliki 10 kapal corvettte, Yunani tidak memilikinya sama sekali.
Dari segi personel, Turki memiliki personel aktif sebanyak 355 ribu berbanding 200 ribu personel Yunani.
Namun, Yunani memiliki personel cadangan lebih banyak dari Turki dengan 550 ribu personel berbanding 380 ribu.
Meski begitu, yang harus menjadi catatan adalah kemampuan pilot pesawat tempur Yunani adalah salah satu yang terbaik di dunia di mana mereka pernah mendapatkan penghargaan Top Gun oleh NATO.
Sementara tingkat keterampilan Turki dikatakan telah dihancurkan ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan membersihkan militer setelah upaya kudeta terhadapnya yang gagal pada 2016 lalu.
Menurut Ioannis Michaletos, dari Institut Analisis Pertahanan & Keamanan dan Pusat Analisis Strategis dan Intelijen Mediterania di Athena, Yunani memiliki postur pertahanan dalam angkatan bersenjatanya.