Intisari-Online.com - Selama 2.000 tahun, orang Yahudi Etiopia atau Beta Israel punya komunitasnya sendiri lengkap dengan kerajaan dan tentara di Pegunungan Simien di Etiopia.
Kota utama mereka berada di Gondar dengan rajanya Imam Besar Zadok.
Zaman Keemasan mereka berlangsung dari tahun 850 hingga 1270 M, ketika komunitas berkembang dan mereka hidup secara mandiri.
Melansir Jerusalem Post, tahun 2021 silam, sementara Beta Israel terputus dari dunia Yahudi lainnya, perlahan, kabar tentang keberadaan mereka mulai terdengar.
Marco Polo dan Benjamin dari Tudela menulis tentang keberadaan bangsa Yahudi yang merdeka, "kerajaan Mosaik yang terletak di seberang sungai Etiopia."
Eldad Ha-Dani, seorang saudagar dan pengelana abad kesembilan, menceritakan panjang lebar kisah tentang Suku-Suku Israel yang Hilang, termasuk suku kuno Dan, yang tinggal di Kush, “tanah emas”, yang disebutkan di bagian pertama kitab Taurat.
Mereka memiliki lima buku Musa (Chumash), lapornya, tetapi tidak Talmud.
Selama berabad-abad, Beta Israel berperang banyak melawan suku-suku lain.
Mereka juga seringkali dipaksa untuk memeluk kepercayaan lain, bahkan banyak yang dibunuh atau dijual sebagai budak.
Namun terlepas dari semua upaya untuk melenyapkan mereka,
Beta Israel bertahan dan berpegang teguh pada tradisi mereka.
Pada abad ke-16, kepala rabi Mesir, David ben Solomon ibn Abi Zimra (juga disebut Radbaz, kr. 1479-1573), menyatakan bahwa komunitas Etiopia itu tentu saja adalah Yahudi.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR