Sulap di PD II (6): Memalsukan Infanteri

Agus Surono

Editor

Sulap di PD II (6): Memalsukan Infanteri
Sulap di PD II (6): Memalsukan Infanteri

Intisari-Online.com -Karena ilusi yang dikembangkan oleh Maskelyne dan kawan-kawan dirasakan manfaatnya, maka Inggris pun sibuk di pelbagai front untuk menciptakan ilusi yang diharapkan bisa mengibuli musuh.

Peter Proud dalam kepungan di Tobruk mengatur tiga ratus orang untuk mencoba meyakinkan Luftwaffe bahwa satu-satunya tempat penjernihan air di kota yang terkepung itu sudah hancur. Di sebelah selatan Kairo, Stephen Sykes membangun jalan kereta api lengkap dengan 52 gerbong kereta, tempat-tempat berkemah dan bangunan-bangunan yang semua palsu. Maksudnya, untuk meyakinkan mata-mata Rommel bahwa serangan besar Inggris akan dilakukan dari daerah itu.

Karena di tempat itu tidak ada bangunan yang menjadi ciri khas untuk dibandingkan dengan benda-benda sekitarnya, Sykes bisa saja menciptakan jalan kereta api yang ukurannya cuma sepertiga dari yang asli. Untuk bantalan rel dipakainya plywood, sedangkan relnya dari guntingan jeriken. Kalau dipotret dari udara, skalanya betul.

Lokomotifnya yang dibuat dari kerangka kayu lapis kain itu pada suatu hari diterbangkan angin keras, sehingga harus dikejar-kejar sejauh 80 km. Kalau saja ketahuan lawan bahwa lokomotif seberat 20 ton bisa terbawa angin.

Karena makin lama makin banyak mendapat pesanan, maka Mayor Barkas mengusulkan agar dibuat sanggar kerja di sebuah lembah sempit yang diberi nama Magic Valley. Supaya tidak ketahuan lawan bahwa mereka merencanakan pelbagai tipuan, maka Magic Valley dijaga dengan ketat. Penduduk tidak boleh dekat-dekat, apalagi masuk.

Bulan Agustus 1941 tampaknya Panzer Group Afrika pimpinan Rommel akan bergerak lagi, padahal Inggris belum siap menghadapinya. Paling sedikit mereka memerlukan waktu dua bulan.

Magic Gang mendapat pesanan untuk membuat tank, meriam, dan satu batalion infanteri palsu. Maksudnya untuk dipakai menggertak lawan, untuk memberi kesan bahwa mereka siap melawan. Mulailah dibuat orang-orangan dalam sanggar kerja. Tentu bukan orang-orangan sebagus di etalase toko, tetapi juga cuma sekadar potongan karton yang pernah dibuat Inggris sebelum penyerbuan ke Dunkirk. Orang-orangan dari sebidang karton tidak menghasilkan bayangan yang mirip sungguhan di gurun. Orang-orangan mereka dibuat dari kardus, kanvas, dan tabung. Lengan dan kaki berbentuk tabung pula. Mereka dibuat seperti sedang berjalan, berlari, bergerak.

Orang-orangan itu sedapat-dapatnya diberi seragam bekas dan topi. Dari jarak dekat memang tidak tampak seperti manusia sungguhan, tetapi dari ribuan kaki di udara mereka bisa mengecoh lawan.

Mereka bukan cuma dibekali senapan kayu, tetapi juga dibuatkan tenda. Malam hari di perkemahan mereka dinyalakan api. Tentu saja dijaga agar jangan sampai terjadi kebakaran.

Peralatan artileri dan tank dibuat pula, Semuanya bisa dilipat dan ringan, karena dibuat dari kerangka yang ditutupi kanvas. Inggris sudah tahu bahwa Rommel mempunyai tank palsu yang dipasang pada sasis Volkswagen, sehingga bisa berjalan sendiri. Jadi, mereka bermaksud menirunya juga dengan membeli sasis dari pasar gelap.

Kalau tank sungguhan tiba, diam-diam tank palsu itu akan digantikan dengan yang asli. Tank palsu itu pun bisa menembak, walaupun cuma dengan kembang api. Ternyata Rommel memang tidak jadi menggerakkan panzer grupnya.