Estee Lauder, Wanita di Takhta Kecantikan (4)

Agus Surono

Editor

Estee Lauder, Wanita di Takhta Kecantikan (4)
Estee Lauder, Wanita di Takhta Kecantikan (4)

Intisari-Online.com- Pagi tanggal 17 Oktober 1979, Estee dirampok di rumah mewahnya di New York. Pelakunya dua pria yang salah satu menyamar sebagai sopir pribadi setelah sebelumnya melumpuhkan sopir asli, John Drummond. Kemudian ia memukul muka Ny. Lauder yang ketika itu sudah berusia 71 tahun dan Rose Nurse, pembantu rumahnya. Setelah memerintahkan nyonya rumah untuk membuka lemari dinding, perampok mengikat Estee dan Rose, lantas menjarah perhiasan dan dokumen berisi reramuan parfum. Dari laci meja, si perampok masih menjarah uang tunai AS$ 6.000.

Meski kerugian harta ditaksir sekitar AS$ 1 juta, Estee masih bersyukur, "Untung sebagian besar milik saya tersimpan di bank," jelasnya kepada New York Post. "Mereka mengambil barang-barang yang kebetulan tergeletak begitu saja. Tak ada satu pun yang penting, kok."

Orang jadi ingat akan kejadian sama yang menimpa Madame Helena Rubinstein pada tahun 1964, setahun sebelum ia meninggal. Ketika itu Estee sempat ketakutan. Apalagi setelah mengalaminya sendiri. Sejak saat itu ia selalu minta kawalan beberapa petugas keamanan berseragam putih-putih, dan selama beberapa waktu tak mau difoto selagi memakai perhiasan.

Jutawan sekaliber Estee memang memancing minat para penjahat. Barangkali pula yang dialami merupakan buah dari publikasi diri yang sangat gencar. Misalnya, ia aktif bergerak di pergaulan tingkat atas, dan tidak sungkan-sungkan mendermakan kekayaan agar jadi pembicaraan.

Meski tak sepenuhnya karena kebiasaan berderma demi pamrih, Estee memang telah beberapa kali menerima anugerah. Januari 1978, misalnya, pemerintah Prancis menganugerahinya "Medali Legion of Honor" atas sumbangan dananya yang besar dalam proyek restorasi Istana Versailles (ketika itu penjualan parfumnya menggulung tiga kali lipat perolehan Chanel). Setahun kemudian, ketika mempromosikan Cinnabar di Eropa (Paris, London, dan Stockholm), ia menerima "Medali Kota Paris" sebagai warga kehormatan.

Hugh Carey, Gubernur Negara Bagian New York, juga menganugerahi Estee dan Joe "Beautiful Apple Award". Belum lagi gelar salah satu dari 100 wanita berprestasi dari The Albert Einstein College of Medicine, juga penghargaan dari Fragrance Foundation sekalipun ia enggan bergabung dengan yayasan ini.

Bagi Estee, anugerah dan penghargaan adalah pisau kesempatan dengan dua mata. Masing-masing sebagai pengakuan keberadaan diri dan jalan mulus menuju ambisi berikutnya. Setelah bersahabat dengan Begum Aga Khan dari Bangladesh dan Ratu Sirikit dari Thailand, ia mencari jalan untuk mendekati Putri Grace dari Monaco. Antara lain dengan mengundang sang putri bersama Putri Caroline ke rumahnya pada Desember 1980. Lewat kantor perwakilannya di London, ia pun mengincar Pangeran Charles. Keberhasilannya cukup sampai bisa mensponsori salah satu pertandingan polo yang menyertakan sang pangeran saja; tak sampai pertunangannya dengan Diana Spencer.

Ketika Estee memuncaki kegiatan amal dengan mendirikan Yayasan Estee dan Joseph Lauder, banyak orang mencibirnya sebagai arena gengsi-gengsian. Kiprah sosial untuk menyelubungi ambisi kemegahan diri. Pantas jika seorang eksekutif pada perusahaan Neiman-Marcus yang sangat mengenal Estee berkomentar, "Yang pertama kali ada pada dirinya adalah egoisme. Jika pun sekarang dia fashionable, sifat aslinya tak akan hilang."

Model yayasan yang dia buat memang tak luput dari sasaran kritik. Nasib yang sama juga dialami Yayasan Avon, Yayasan Revlon, dan Yayasan Helena Rubinstein, yang "dihajar" kelompok feminis karena mereka tak menyasarkan sumbangan kepada pada wanita yang notebene telah memberi keuntungan jutaan dolar kepada mereka.

Sasaran pertama setelah dibentuk, Yayasan Estee & Joseph Lauder adalah membantu peremajaan permukiman kumuh dan jalan-jalan rusak. Namun apa mau dikata, pada November 1982 Estee dan Joseph hanya menyumbang AS$1.694 untuk perbaikan arena bermain di 100th Street, jauh lebih kecil ketimbang AS$178.150 untuk Museum of Modern Art, dan AS$95.000 lagi untuk Whitney Museum of American Art. Orang pun tak bisa mencegah kalau di tahun sebelumnya Ronald Lauder menyumbangkan ribuan dolar untuk museum sejarah militer, mengingat bidang ini sangat diminatinya. Lagi pula, dampaknya akan sampai di kalangan para pejabat, tak seperti proyek reklamasi lahan atau peremajaan jalan dan permukiman.

Menguasai pasar dengan nama suami

Dari tahun ke tahun, yayasan terus dicibir, namun Estee Lauder Inc. terus-menerus meraup keuntungan. Aramis yang sudah dikukuhkan menjadi parfum pria nomor 1 di Eropa diikuti oleh generasi berikutnya, yakni J.H.L. Produk sempalan Aramis ini diambilkan dari nama sang kepala keluarga, Joseph Harold Lauder. Diluncurkan pertama kali di Harrods, London, Oktober 1982, diperkenalkan sebagai produk ekslusif seharga AS$30 untuk kemasan 48,2 g. Estee menggunakan ungkapan, "Karya cipta seorang wanita untuk pria yang paling dikasihinya" sebagai elemen promosi.

Jalan bagi produk baru ini pun sangat mulus, antara lain karena telah diawali oleh pendahulunya yang sudah telanjur sangat dikenal. Untuk kesekian kali, Estee Lauder bertengger di urutan pertama wewangian. Tak soal bahwa merek-merek lain juga tengah gencar beredar, sebagian lagi baru muncul namun dengan kekuatan raksasa. Sampai akhirnya, Leonard Lauder memprakarsai konsep perawatan kulit dengan peralatan teknologi tinggi, pun mendapat sambutan di mana-mana. "Saya khawatir kalau hanya Aramis dan sempalannya yang bertarung di pasar dunia. Untuk masyarakat di benua lain sampai Cina, Estee Lauder harus memberikan berbagai ragam pilihan," kata Leonard Lauder.

Ketika perusahaan ini sedang asyik menikmati parfum edisi mutakhir, pada dini hari 15 Januari 1983 Joe meninggal. The New York Times melaporkannya dalam foto besar dan dua teks masing-masing setengah kolom. Kendati menyebutnya sebagai pria tanpa data diri lengkap, namun kekhusyukan penyajian berbagai obituari tetap terasa. Joe adalah pilar andal keluarga Lauder.

Kondisi Estee makin tak memungkinkan untuk memimpin usaha, meski kecemerlangan otaknya masih diakui. Kendali perusahaan sepenuhnya berada di tangan Leonard, karena Ronald, adiknya, agak enggan mengurusi. Baginya karier diplomatik (sampai tahun 1985 ia jadi staf Menteri Pertahanan Caspar Winnberger di Pentagon) jauh lebih menyenangkan daripada bergelut di kancah bisnis sambil sesekali "berkorban demi ambisi ibunya".

Namun bagi Estee, kesuksesan bisnis Leonard dan karier Ronald membuka kemungkinan untuk ambisi lain. Rupanya ia ingin ada anaknya yang terjun ke kancah politik. Syukur-syukur sampai tingkat tinggi. "Betapa bangganya hati ini, andai suatu saat saya mendengar 1 sebutan Presiden Lauder untuk anak saya."

Pendekatan pribadi

Tampaknya memang pantas bila Estee, wanita ambisius itu, pada tahun 1998 dinobatkan oleh majalah TIMEsebagai salah satu dari 20 pengusaha genius (dan satu-satunya wanita) abad ke-20. Kalau kini kita terbiasa memperoleh layanan personal di gerai-gerai kosmetik setiap kali melangkahkan kaki ke wilayah kosmetik, ketahuilah bahwa penemu teknik marketing semacam itu ya Estee ini.

Dialah yang mengawali pendekatan personal kepada calon pembeli, yang untuk masanya sangat inovatif: mempersilakan si calon pembeli mencoba produk di pergelangan tangan atau kulit wajahnya, membagikan sampel-sampel gratis dan memberikan hadiah untuk jumlah pembelian tertentu.

Leonard Lauder pernah menyatakan bahwa ibunya suka mengatakan, "Ibu sedang menumbuhkan sebuah bisnis yang kecil-kecil saja." Tetapi tahukah Anda, seberapa "kecil"-nya perusahaan yang didirikan Estee sekarang?

Penghasilan perusahaan-perusahaan Estee Lauder tahun 2005 menurut situs Yahoo!Finance adalah AS$6,336 miliar dengan pertumbuhan penghasilan per tahunnya 9,4%. Jumlah karyawannya sampai tahun 2004 ada 22.200 orang. Sementara Leonard Lauder sudah menduduki posisi Chairman sekarang, posisi sangat strategis yaitu president, CEO dan direktur dijabat oleh generasi ketiga: William P Lauder. Posisi keluarga Lauder memang tidak tergoyahkan, karena mereka memegang 88% saham berhak suara.

Bagi Leonard, satu kata yang paling pas untuk menggambarkan ibunya adalah: ambisi. Sampai di hari tuanya, ia masih sering mengunjungi putranya di kantor dan mengawali petuahnya dengan, "Let me tell you how to sell..." Di benua mana pun ada peluncuran produk, entah di London, entah di Rusia, ia selalu datang. Hanya keadaan kesehatan dan tubuh yang semakin rentalah yang mengalangi Estee untuk terus aktif dalam bisnis. Ia meninggal pada 26 April 2004 karena serangan jantung dan gangguan pernapasan. Usianya menurut catatan resmi 97 tahun, meski sebagian orang memperkirakan ia lebih tua dua tahun.

Maka kalau kini Anda berjalan-jalan ke mal dan menjumpai produk-produk tertentu, entah parfum, perawatan kulit, tata rias, cobalah tanyakan. Jangan-jangan Anda sedang bersentuhan langsung dengan buah karya wanita ambisius yang dengan segala kontroversinya, tetaplah telah diakui dunia sebagai salah satu penguasaha genius di abad ke-20. (Intisari)