Intisari-Online.com -Tak pelu resign untuk menemukan passion dalam sebuah pekerjaan. Selama ini, banyak orang keluar dari pekerjaannya karena alasan tidak passion-nya yang ternyata ada di pekerjaan lain. Pendeknya, passion selalu berbanding lurus dengan resign.
“Ketika saya berbicara soal ‘cari passion kamu’, banyak orang yang langsung panik dan mencari-cari alasan tentang bagaimana mereka tidak bisa resign dari pekerjaannya,” ujar Dedy Dahlan, passion coach dan seorang penulis buku.
Menurutnya, passion sebenarnya selalu ada dalam banyak unsur pekerjaan di kantor, selama kita bisa menemukannya. Berikut beberapa kisah-kisah sederhana seseorang menemukan passion-nya di kantor:
Dalam misi dan nilai perusahaan
Asep adalah seorang family man. Saat memilih pekerjaan, tanpa tahu minatnya, ia memilihnya dengan menutup mata, jari teracung ke daftar lowongan kerja di koran, dan asal pilih perusahaan dengan nama besar. Yang penting ikhlas mau menerima seorang Asep sebagai karyawan.
Tapi tanpa disengaja, perusahaan tempatnya bekerja, memiliki nilai- nilai keluarga, dan menetapkan standar kualitas yang tinggi untuk keamanan keluarga. Nilai ini adalah nilai yang cocok dengan Asep!
Passion adalah tentang makna hidup. Jadi intip nilai yang dijunjung perusahaan Anda. Apa perusahaan Anda juga punya nilai- nilai yang cocok dengan passion atau nilai dan makna hidup Anda?
Dalam target perusahaan
Waktu Rosa sebagai Account Executive diberikan target oleh perusahaan, ia langsung takut dan manyun seperti ABG ngambek. Mengejar target sepertinya beban berat, dan Rosa langsung merasakan tekanan besar yang nyaris bikin dia bilang ke bosnya, “Jangan pake target dong bro, kita kan pren.”
Tapi setelah menjalankan tugas sebisanya, melewati target yang memaksanya terus bertemu klien baru dan atasan-atasan baru, ia menemukan sesuatu yang sangat disukainya. Ia suka bertemu dengan banyak orang!
Berbincang dengan orang baru, melobi rekan, dan hangout- hangout bisnis ternyata menyenangkan. Dan rupanya passion-nya adalah sosialisasi!
Menyadari ini, Rosa bisa menjalankan passion-nya di kantor dengan memusatkan dirinya pada aktivitas yang disukainya sebagai sumber motivasi.
Dirotasi dan variasi aktivitas
Rolling lokasi dan perubahan tugas seringkali membuat karyawan, termasuk Adit, terdemotivasi. Rasanya baru saja ia merasa biasa dan nyaman dengan tugas dan tanggung jawab, serta lokasi yang ada, ehhhh, mendadak di-rolling dan dipindahkan ke bagian lain. Ini membuat Adit mulai ‘aktif kembali di LinkedIn’, dan sibuk celingak sini celingak situ mencari rumput tetangga.
Tapi mendadak, dua rotasi terakhir, yang menempatkannya di posisi HRD, entah kenapa membuatnya bersemangat. Ia menemukan bahwa ia menyukai kegiatan belajar, berbagi, dan membuat materi. Ia menikmati proses training, dan merancang ilmu SDM baru!
Adit menemukan passion-nya dalam bidang training, melalui rotasi dan variasi aktivitas kerja.(Kompas.com)