Di AS, Pengganggur Lebih Banyak Habiskan Waktu untuk Belanja Dibanding Mencari Pekerjaan

Ade Sulaeman

Editor

Di AS, Pengganggur Lebih Banyak Habiskan Waktu untuk Belanja Dibanding Mencari Pekerjaan
Di AS, Pengganggur Lebih Banyak Habiskan Waktu untuk Belanja Dibanding Mencari Pekerjaan

Intisari-Online.com - Jika biasanya para penganggur akan disibukkan dengan pencarian pekerjaan, lain halnya dengan data terbaru dari Bureau of Labor Statistics (BLS). Menurut BLS, khusus di Amerika Serikat, para penganggur justru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbelanja dibandingkan mencari pekerjaan.

Lebih kurang hanya 18 persen penganggur di AS yang aktif mencari kerja dan datang wawancara kerja dalam keseharian. Lalu, sebanyak 41,1 persen penganggur sibuk belanja, baik secara online, datang ke butik, maupun melalui telepon.

Satu dari lima penganggur di AS atau sebanyak 21,2 persen lebih sering belanja barang-barang konsumtif, daripada membeli makanan dan bahan bakar.

Kemudian, hal lain yang lebih mengejutkan adalah 96,6 persen penganggur mengisi keseharian dengan bergaul, memanjakan diri, dan menjadi bagian dari aktivitas sosial.

Sebanyak 83 persen menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Sementara itu, 25 persen sering melakukan permainan olahraga atau berekreasi. Lalu, 19 persen lainnya berpartipasi dalam kegiatan edukasi, ikut les, atau mengejar gelar di jurusan akademis tertentu.

BLS mendefinisikan bahwa penganggur adalah seseorang yang tidak memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang, punya waktu tersedia untuk kerja, dan aktif mencari kerja.

Lucunya, mencari kerja bukanlah aktivitas yang paling mengonsumsi keseluruhan waktu para penganggur di AS.

Menurut laporan, bisa jadi mereka sama sekali tidak mencari pekerjaan.

"Fakta bahwa penganggur lebih memilih rekreasi ketimbang mencari kerja memperlihatkan perekonomian yang semakin lesu. Kondisi ekonomi ini membuat mereka tidak semangat mencari kerja, apalagi termotivasi untuk mendapatkan kerja," ujar Alfredo Otiz, President dan CEO Job Creators Network, seperti dikutip freebeacon.

"Untuk mengubah kondisi yang mengkhawatirkan ini, pemerintah harus mengeluarkan regulasi mengurangi pajak agar usaha kecil bisa menciptakan lapangan kerja," pungkasnya.

(Usihana/kompas.com)