10 Jenis Penyimpangan Seksual yang Harus Segera Ditangani

Ade Sulaeman

Editor

10 Jenis Penyimpangan Seksual yang Harus Segera Ditangani
10 Jenis Penyimpangan Seksual yang Harus Segera Ditangani

Intisari-Online.com - Fantasi seksual memang boleh beragam. Namun, perlu diingat bahwa ada beberapa di antaranya yang digolongkan sebagai penyimpangan seksual yang harus segera ditangani. Sebab, perilaku tersebut dapat menyakiti diri sendiri atau pun orang lain.

Perilaku-perilaku tersebut juga dapat menimbulkan masalah hukum karena ada berbagai negara yang menganggap beberapa jenis perilaku menyimpang seksual sebagai tindakan kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana.

Ekshibisionisme

Pelaku cenderung ingin membuat orang asing terkejut, takut, atau terkesan dengan perilakunya.

Pelaku merasakan kenikmatan seksual bila korbannya terkejut saat ia beraksi. Misalnya, dengan memperlihatkan alat kelamin atau bahkan masturbasi di tempat umum.

Dalam ekshibisionisme, cenderung tak ada kontak fisik, apalagi seksual antara pelaku dan korban.

Voyeurisme

Pelaku mendapat kepuasan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mandi, ganti pakaian, tanpa busana, atau beraktivitas seksual. Tak menutup kemungkinan kalau si pelaku melakukan masturbasi ketika mengintip korban.

Pada perilaku ini, si pelaku tidak bertujuan menjalin kontak seksual dengan korban.

Froteurisme

Pelakunya mendapat kepuasan seksual dengan menggesekkan kelamin pada tubuh orang yang tak dikenal.

Dalam kebanyakan kasus, pelaku terdorong untuk melakukannya di tempat umum yang penuh sesak seperti bus atau kereta. Perilaku ini cenderung mengundang masalah hukum karena terjadi kontak alat kelamin tanpa izin.

Paedofilia

Pelaku memiliki fantasi, ketertarikan, bahkan melibatkan aktivitas seksual dengan anak di bawah usia 13 tahun. Perilaku tersebut antara lain memaksa anak menonton si pelaku yang sedang masturbasi, memegang kelamin anak, sampai melakukan hubungan seksual dengan si anak.

Banyak kasus paedofilia terjadi pada keluarga sendiri. Si pelaku menjadikan anak atau anggota keluarga lain sebagai korban.

Sadomasokis

Pelaku mendapat kepuasan seksual dari rasa sakit. Rasa sakit akibat kekerasan verbal atau non-verbal yang sengaja disebabkan oleh diri sendiri atau disebabkan oleh pasangan.

Kata-kata kasar dan makian merupakan kepuasan seksual bagi si pelaku.

Aktivitas seksual yang dilakukan sering kali menyerempet bahaya. Misalnya, mencekik hingga tubuh mencapai kondisi kekurangan oksigen dengan tujuan mencapai orgasme.

Tindakan memukul, mengiris, gigitan, diikat, mencekik, bahkan dicambuk yang berbahaya justru menjadi kepuasan tersendiri bagi si pelaku.

Biasanya sudah ada kesepakatan di antara pasangan tersebut untuk melakukan aktivitas seperti ini. Hingga pelaku jarang terjerat masalah hukum.

Sadisme

Pelaku mendapat kepuasan seksual ketika menyiksa pasangannya. Penderitaan fisik atau psikologis pasangan akan membawa kesenangan bagi si pelaku.

Penderitaan korban bukan motif si pelaku. Rasa sakit korban juga tak meningkatkan gairah si pelaku.

Orang dengan kelainan ini merasa dirinya berkuasa atas pasangannya. Tujuannya adalah berkuasa sehingga tak jarang terjadi pemerkosaan, bahkan pembunuhan.

Pada kasus ekstrem, kematian pasangan akan membawa kegembiraan bagi si pelaku.

Transvetitisme

Pelaku adalah pria heteroseksual yang mendapat kepuasan seksual dengan berdandan sebagai wanita.

Dandanan tersebut bisa cukup hanya mengenakan pakaian wanita, bisa juga berdandan dengan make-up hingga menata rambut.

Nekrofilia

Pelaku mendapat kepuasan seksual ketika melakukan aktivitas seksual pada mayat. Parafilia jenis ini jarang ditemukan atau diungkap ke umum.

Zoofilia

Pelaku mendapat kepuasan ketika melakukan aktivitas seksual dengan binatang. Tak sebatas fisik, pelaku juga menjalin hubungan emosi dengan binatang tersebut. Ini yang membedakannya dengan beastiality.

Beastiality

Pelaku mendapat kepuasan ketika melakukan aktivitas seksual dengan binatang. Perilaku ini hanya sebatas kontak fisik, tanpa melibatkan hubungan emosi.

(Michael Metekohy/kompas.com)