Interaksi Parasosial, Saat Kita Merasa Sangat Dekat dan Menjalin Hubungan Dengan Idola

Tika Anggreni Purba

Editor

Interaksi Parasosial, Saat Kita Merasa Sangat Dekat dan Menjalin Hubungan Dengan Idola
Interaksi Parasosial, Saat Kita Merasa Sangat Dekat dan Menjalin Hubungan Dengan Idola

Intisari-Online.com—Anda punya idola? Entah itu penulis buku, aktor, aktris, selebritas, olahragawan, bahkan ilmuwan. Sekarang ini, informasi mengenai idola tidaklah sesulit dulu. Perkembangan teknologi informasi, memudahkan kita untuk merasa dekat dengan idola.

Apalagi idola yang kerap tampil bahkan membagikan informasi personalnya dari akun-akun sosial media miliknya. Akibatnya, fans merasa sangat dekat bahkan seolah berinteraksi dengan mereka. Namun ada satu fenomena yang sering tidak disadari oleh fans, yaitu hubungan yang mereka yakini ‘dekat’, bukanlah sebuah kenyataan.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa kita bisa merasa sangat dekat dengan idola kita, padahal kita tidak sering bertemu dengan mereka? Sebelum masuk dalam teori psikologi, secara logis hal ini juga bisa dijelaskan.

Sang idola sering secara intens mem-posting dirinya pada akun media sosial atau media informasi lainnya. Mereka membagikan pemikiran dan perasaan pribadi mereka pada fans. Hal ini yang membuat kita merasa intim dengan detail hidupnya.

Tayangan itu juga cenderung sangat casual dan nyata. Sehingga kita mereasa mereka sama seperti teman yang sedang membagikan sesuatu pada kita melalui foto dan video. Apalagi jika idola tersebut sering berinteraksi dengan fans melalui kolom komentar. Interaksi ini membuat fans merasa berinteraksi dengan selebritas itu.

Sayangnya, mereka sebenarnya tidak benar-benar ada dalam hubungan dekat itu sama sekali. Inilah yang dinamakan ilusi dalam hubungan yang didukung oleh media komunikasi, yakni media sosial tadi. Namun mengapa rasanya hal ini sangat nyata?

Teori dari Granovetter menyebutkan empat faktor yang menyebabkan kita merasa sangat dekat dengan idola:

- Keintiman, karena idola membagikan informasi pribadinya

- Intensitas emosional

- Waktu, berapa lama fans mengenali dan berinteraksi dengan idolanya.

- Saling berbagi dan memberi sesuatu satu sama lain.

Penggemar bisa merasa sangat dekat secara emosional dengan idola karena menghabiskan banyak waktu untuk menonton, membaca, dan mengonsumsi konten dari idola tersebut.

Masalahnya, interaksi ini sebenarnya hanyalah satu arah saja. Walaupun idola tersebut berinteraksi dengan para penggemar, itu hanyalah interaksi yang dangkal. Keintiman yang dirasakan adalah ibarat hubungan yang nyata, namun sebenarnya tidak.

Ilusi dalam hubungan ini disebut dengan interaksi parasosial, sebuah teori yang dikemukakan sekitar tahun 1950an. Studi ini banyak dianalisis dalam kaitannya dengan media massa khususnya kehadiran selebritras yang digemari banyak orang.

Namun, walaupun hubungan yang terjalin hanyalah ilusi, perasaan fans pada idolanya adalah nyata dan benar. Fans biasanya benar-benar mencintai, menyayangi, dan ingin dekat dengan idola itu. Dan saat idola melakukan sesuatu yang tidak baik, fans memang bisa merasa kehilangan bahkan dikhianati.

Tidak ada yang salah dengan menjadi penggemar yang setia bagi para idola. Namun perlu disadari bahwa hubungan yang dianggap nyata itu hanyalah fantasi dan ilusi. Harapannya, semua penggemar mengetahui betapa pentingnya membedakan hubungan fiksi dan nyata. Agar tidak jatuh terlalu dalam pada fantasi dan ilusi.

(psychologytoday.com)