Intisari-online.com—Narsisisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Untuk orang-orang seperti ini, kadang kita mesti berhati-hati. Sebab mereka cenderung berbohong demi kepentingannya sendiri.
Biasanya ia melakukannya untuk menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Walau dalam keseharian ia tampak sangat menonjolkan dirinya, pada dasarnya dalam jiwanya ia merasa lemah dan tidak berdaya. Hanya saja ia tidak ingin mengakuinya.
Berikut jenis kebohongan yang umumnya dilakukan orang narsis:
1. “Aku sangat hebat, tanya segalanya padaku!”
Banyak penelitian yang berkaitan dengan narsisis yang selalu melebih-lebihkan dirinya sendiri. Ia sangat sering membual, melebih-lebihkan, menjatuhkan orang lain demi mengangkat namanya sendiri. Umumnya, mereka juga ingin menunjukkan betapa istimewa, penting, kuat, menarik, dan populernya dirinya.
Namun, jauh dalam lubuk hatinya, sebenarnya konsep dirinya berkata lain. Konsep dirinya sebenarnya berbeda dengan kenyataanya. Mungkin, ia juga merasa dirinya bukanlah siapa-siapa. Merasa kosong tanpa perhatian dan merasa tidak dicintai karena tidak disanjung.
2. “Saya lebih baik dari semua orang”
Orang narsis percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kelebihan dari orang lain. Ia juga sangat berharap agar diakui sebagai seorang yang superior. Dalam kehidupan sehari-hari ia akan merasa puas dengan membual tentang dirinya. Ia juga cenderung menghakimi orang yang lemah melalui kritik kasar, stereotype, dan menjatuhkan oroang lain.
Sebenarnya, ia hanya tidak mampu untuk merasa baik-baik saja dengan dirinya sendiri. Sehingga dengan merendahkan orang lain ia merasa lebih baik dan puas.
3. “Saya berjanji!”
Karakter lainnya yang dimiliki narsisis adalah tidak menepati janjinya sendiri. Ia sering mengatakan bahwa janji harus ditepati, namun ia sendiri tidak mampu mempertanggungjawabkannya. Termasuk pula dalam hal komitmen, ia cenderung tidak mampu berkomitmen karena sangat fokus pada dirinya sendiri.
Mereka membicarakan hal yang baik, namun sering pula gagal dalam melakukannya. Ia cenderung menjadi orang yang manipulatif dan sulit dipercaya.
4. “Jangan khawatir!”
Orang narsis jarang peduli terhadap batasan dan aturan, sering pula ia melakukan aktivitas dengan kredibilitas yang rendah, kurang menghargai moral dan etika. Contohnya, ia mudah saja melanggar lampu lalu lintas, memotong jalan orang lain, meminjam tanpa mengembalikan, bahkan mencuri fasilitas kantor.
Dengan melanggar aturan, ia merasa berbeda dengan orang lain. Tentu saja hal itu dilakukan untuk mencari perhatian dari orang lain. Kalimat “semuanya akan baik-baik saja” tampaknya disalahgunakan oleh orang narsis ini.
Bersambung ke bagian dua.
(Psychologytoday.com)