Hatta & Buku: Saat Diasingkan, 16 Peti Buku selalu Dibawa Serta

Tika Anggreni Purba

Editor

Hatta & Buku: Saat Diasingkan, 16 Peti Buku selalu Dibawa Serta
Hatta & Buku: Saat Diasingkan, 16 Peti Buku selalu Dibawa Serta

Intisari-online.com— Sepanjang 77 tahun masa hidupnya, ia sudah membaca dan mengoleksi hampir 30 ribu judul buku. Rasa cinta Mohammad Hatta terhadap buku memang betul-betul tak terhingga. Ke mana Hatta tinggal menetap, ke situ pula ribuan buku itu ikut serta. Ia dan buku ibarat dua sejoli.

Seperti rencana Hatta, setelah lulus ujian doktoral di Rotterdam ia akan pulang kembali ke Indonesia. Tidak lama untuk mengepak pakaian dan barang-barang pribadi Hatta untuk dibawa pulang ke kampung halaman.

Tapi butuh satu minggu lamanya untuk mengepak buku-bukunya. Ia berniat pulang bersama buku-buku miliknya itu, yang sudah bersamanya selama 11 tahun studinya di sana.

Setelah dikurangi dengan buku-buku yang diberikannya pada teman sekamarnya Sumadi dan Rasjid Manggis teman kecilnya dari Bukittinggi yang turut belajar bersamanya di negeri orang itu, jumlahnya ada 16 peti besi. Setiap peti berukuran ½ m2. Selebihnya ditinggalkannya di sana. Bahkan masih banyak lagi buku yang tak bisa dibawa pulang, tersusun rapi di kamarnya di Den Haag.

Setibanya di Indonesia, Hatta menyusun buku itu dengan rapi di lemari hingga tiga hari lamanya. Penyusunannya juga amat rapi, berurutan sesuai topik.

Perjalanan Hatta dan buku-buku itu ternyata tak hanya sekadar berpindah dari Belanda ke Indonesia saja. Beberapa kali, ribuan buku itu harus keluar masuk peti. Saat Hatta akan diasingkan ke Boven Digul, Papua, ia juga ingin membawa serta buku-bukunya.

Hingga akhirnya buku-buku yang tadinya sudah tersusun rapi di lemari, kembali dimasukkan ke peti dan dibawa bersamanya ke pengasingan. Begitu pula dengan kepindahan-kepindahan lainnya ke Banda Neira, ke Bangka, hingga kembali lagi ke Jakarta.

Sudah jadi kebiasaan Hatta untuk membaca buku setiap hari. Tidak bisa tidak. Sehari-hari, ia kerap menghabiskan 6-8 jam untuk membaca sekaligus menulis. Kesukaannya membaca itu juga menjadikannya sangat piawai menulis.

Hatta banyak menelurkan tulisan-tulisan kritis yang menekankan tentang pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bahkan hingga akhir hayatnya, ia juga masih aktif menulis.

Konon, Hatta membaca buku ilmiah yang berat dan perlu pemikiran yang serius di pagi hari. Khusus buku roman fiksi yang mengandung cerita ringan dibacanya sambil bersantai di sore hari.

Kebanyakan buku-buku Hatta berkaitan dengan bidang ekonomi, yang memang paling diminatinya. Koleksi bukunya juga diperkaya dengan buku dengan tema-tema lainnya seperti sosial, biografi, hukum, bahkan buku-buku islam.

Khususnya pula, Hatta begitu mengagumi Mahatma Gandhi. Seperti penuturan Meutia Hatta, putrinya, ada satu rak khusus yang isinya buku-buku tentang pejuang kemerdekaan asal India itu.

Wah, karena buku dunia Hatta pastilah lebih luas dari dunia orang kebanyakan. Ingin ikut teladan Hatta?