Intisari-Online.com—Sepanjang 77 tahun masa hidupnya, ia sudah membaca dan mengoleksi hampir 30 ribu judul buku. Rasa cinta Mohammad Hatta terhadap buku memang betul-betul tak terhingga. Ke mana Hatta tinggal menetap, ke situ pula ribuan buku itu ikut serta. Ia dan buku ibarat dua sejoli.
Ibunda Hatta tak habis pikir, bisa-bisanya Hatta menjadikan buku sebagai mas kawin untuk mempersunting Rahmi. Apalagi calon ibu mertuanya, mungkin cuma bisa geleng-geleng kepala.Tapi ternyata niat Hatta ini tidak bisa dihalangi. Baginya buku dan ilmu adalah harta yang mahal nilainya. Ia ingin memberikan apa yang paling mahal baginya kepada Rahmi.
Mas kawin itu adalah buku pengantar filsafat yang ditulisnya sendiri. Judulnya Alam Pikiran Yunani, yang ditulisnya di masa pembuangan di Digul, tahun 1934. Buku itu, jadi saksi bisu pernihakan mereka yang berlangsung pada tanggal 18 November 19945 itu.
Pascalepas jabatan, kecintaan Hatta pada buku juga semakin menjadi. Maklumlah, ia jadi punya lebih banyak waktu untuk membaca buku. Koleksinya juga semakin banyak dalam perpustakaan pribadinya yang dibangunnya saat tak menjabat lagi sebagai wakil presiden. Kalau dikumpulkan hingga tahun 1980 jumlahnya kira-kira 30 ribu judul buku. Hingga sekarang, koleksi itu masih terawat di kediaman keluarga Hatta, di Jalan Diponegoro 57, Jakarta Pusat.
Bagi anak-anak Hatta, buku-buku itu adalah wasiat sang ayah. Sejak wafat di tahun 1980, keluarga Hatta berkeputusan untuk tetap menjaga dan memelihara koleksi buku yang sudah menemani Hatta berpuluh tahun itu. Pernah memang, kata Meutia, Hatta berniat untuk menjual buku-buku koleksinya itu karena takut tidak akan ada yang merawatnya kelak saat ia sudah meninggal. Apalagi hasil penjualan buku-buku itu dianggapnya bisa menjadi simpanan untuk bekal masa depan anak-anaknya.
Tapi saat itu, bahkan hingga sekarang, Meutia menolak usul itu. Mereka semua tahu bagaimana cintanya Hatta akan buku-buku itu, kalau dijual bisa-bisa Hatta patah hati.
bersambung..