Hatta & Buku: Koleksinya Boleh Dipinjam, Asal...

Tika Anggreni Purba

Editor

Hatta & Buku: Koleksinya Boleh Dipinjam, Asal...
Hatta & Buku: Koleksinya Boleh Dipinjam, Asal...

Intisari-Online.com—Sepanjang 77 tahun masa hidupnya, ia sudah membaca dan mengoleksi hampir 30 ribu judul buku. Rasa cinta Mohammad Hatta terhadap buku memang betul-betul tak terhingga. Ke mana Hatta tinggal menetap, ke situ pula ribuan buku itu ikut serta. Ia dan buku ibarat dua sejoli.

Ada kata-kata candaan yang menyatakan bahwa syukurlah Rahmi Hatta baru bertemu menikah dengannya saat Hatta berusia 43 tahun. Kalau tidak, mungkin ia sudah cemburu buta pada buku. Sebab perhatian Hatta pada buku-bukunya itu amatlah manis. Ia juga mengumpulkan buku-buku itu dari keringatnya sendiri, biasanya dari honornya menulis. Kadang-kadang ia juga dihadiahi buku oleh teman dan kolega.

Tidak ada satupun buku koleksi Hatta yang terbubuh coretan tinta, kecuali tanda tangan. Perawatannya juga ekslusif, buku-buku itu disusun rapi tidak satupun yang terbalik. Setiap rak selalu dibersihkan. Satu lagi, buku-buku Hatta tak ada yang terlipat lembarannya.

Untuk orang-orang yang ingin meminjam bukunya, syarat-syarat pemeliharaan tadi mesti dituruti. Ditambah lagi, orang yang meminjam buku wajib paham isi buku yang dibacanya. Karena saat dikembalikan, Hatta tak segan menanyakan wawasan orang tersebut mengenai buku yang dipinjamnya.

Pernah suatu kali, Hatta meminjamkan bukunya pada keponakannya. Saat dikembalikan, ada satu bagian yang terlipat. Saking tak ingin bukunya lecet terlipat begitu, Hatta minta dibelikan buku yang sama pada keponakannya. Kadang—kadang, kalau buku dikembalikan dalam keadaan kotor, Hatta menghukum si peminjam, yaitu ia tak boleh lagi meminjam bukunya selama sebulan.

Pernah pula ia marah besar, ketika di Banda Neira, buku-bukunya ketumpahan air. Gara-gara anak-anak angkat Sutan Shahjir yang sama-sama dibuang dengannya keasikan bermain dan menyenggol vas bunga di meja. Jadilah Hatta marah. Saat itu Hatta berkata tegas pada mereka, bahwa buku adalah sumber pengetahuan karenanya mesti dijaga betul. Bahkan demi kejadian tersebut tidak terulang kembali, Shahjir memutuskan pindah rumah bersama anak-anak angkatnya yang berjumlah tiga orang itu.

Setelah mundur sebagai wakil presiden, Hatta harus pindah rumah lagi. Buku-buku juga ikut pindah tentunya. Sopirnya, Munthalib yang menyusun buku-buku itu di rumah yang baru. Sebenarnya hasilnya rapi, hanya ada satu buku yang diletakkan berdiri namun terbalik. Lantas Hatta berseru pada Munthalib, “Lib, orang berjalan tidak dengan kepala di bawah,”