J.K. Rowling Sempat jadi 'Single Parent' yang Hidup Serba Kekurangan

Rafael Ryandika

Editor

J.K. Rowling Sempat jadi 'Single Parent' yang Hidup Serba Kekurangan
J.K. Rowling Sempat jadi 'Single Parent' yang Hidup Serba Kekurangan

Intisari-Online.com – Anda tentu pernah mengenal nama Harry Potter bukan? Seorang tokoh utama yang berasal dari novel fiksi ini, memang telah dikenal dan digemari oleh banyak orang. Namun, siapakah sosok di balik novel ini dan bagaimana kisahnya hingga dapat menghasilkan karya ini?

Ialah Joanne Kathleen Rowling atau yang akrab kita sapa J.K. Rowling, seorang maestro yang mampu membuat novel Harry Potter ini. Butuh usaha yang tidak mudah baginya untuk menjadi dirinya yang sekarang ini. Asam pahit hidupnyalah yang justru menjadikan dirinya berkembang.

Setelah lulus dari Universitas Exeter, Rowling pindah ke Portugal pada tahun 1990 untuk mengajar Bahasa Inggris. Di sana ia menikah dengan seorang wartawan Portugis. Anak perempuannya, Jessica dilahirkan pada tahun 1993.

Tak lama, perkawinan pertamanya berakhir dengan perceraian. Setelah perceraiannya tersebut, dirinya menjadi single parent yang harus menghidupi anaknya dalam kondisi serba kekurangan.

Akhirnya, Rowling memutuskan untuk pindah ke sebuah kota bernama Edinburgh bersama dengan anaknya. Dirinya harus mengakui bahwa ia berada dalam posisi yang sangat sulit untuk mampu menghidupi keluarganya. Dan dimasa kesulitannya inilah, Rowling mulai menulis sebuah buku dan berujung pada kesuksesannya sekarang.

Namun bukan tanpa lika-liku, dirinya yang menjadi seorang single parent nyatanya membuat dirinya harus bekerja lebih keras lagi. Demi menyelesaikan novel pertamanya misalnya, ia akan menunggu putrinya Jessica tertidur di kereta bayi terlebih dahulu, baru setelah itu ia pergi ke Nicholson’s Cafe, memesan satu cangkir espreso, segelas air, dan menulis secepat mungkin yang ia bisa sebelum Jessica terbangun.

Belum selesai hingga disitu, novel karya Rowling ini ternyata ditolak oleh lebih dari 10 penerbit. Mereka menganggap bahwa apa yang ditulis Rowling tidak menarik. Keadaan ini tentunya membuat dirinya depresi.

Usahanya tentu tidak berhenti. Ia kemudian berpikir untuk meminta bantuan pada seseorang untuk menawarkan novel kepada penerbit. Beruntung, dirinya memiliki seorang agen muda, Christopher Little, yang sangat bersemangat dalam bekerja. Agennya tersebut kemudian membantu Rowling dalam menawarkan novelnya ke penerbit. Setahun setelah usahanya dalam mencari penerbit, akhirnya novel Harry Potter menjadi terkenal dibawah penerbit Bloomsburry.

Coba Anda bayangkan, bagaimana bila J.K Rowling menyerah dengan keadaan hidupnya? Mungkin Anda tidak akan mengenal sosok seperti Dumbledore atau Voldemort.

Some failure in life is inevitable. It is impossible to live without failing at something, unless you live so cautiously that you might as well not have lived at all—in which case, you fail by default.” (J. K. Rowling)

(lifeeo.com)