Setelah dua minggu menyusuri hutan belantara Irian Barat, ternyata baru berhasil terkumpul 12 personel.
Kesulitan untuk menghubungi rekan-rekan makin sulit karena radio komunikasi PRC-88 rusak akibat penerjunan.
Selain ini kesulitan lain juga muncul. Setelah bekal makanan habis, upaya untuk menemukan koli-koli logistik yang diterjunkan juga belum berhasil.
Maka untuk mempertahankan hidup mereka melaksanakan taktik jungle survival yang didapat selama pelatihan.
Pohon-pohon sagu, bonggol pisang, pakis dan daun-daun muda menjadi menu survival sepanjang hari. Tapi meskipun dalam kondisi minim, kedua belas personel PGT terus berusaha mencapai kawasan Klamono berbekal peta tua keluaran tahun 1912.
Akibat peta tua yang tak lagi sesuai keadaan saat itu (1962) dan kompas yang dibawa tidak berfungsi maksimal, membuat Manuhua harus mengubah strategi.
Pasukan lalu dibagi ke dalam dua kelompok dengan risiko kekuatannya makin mengecil dan sangat riskan jika harus bertemu patroli pasukan Belanda.
Untuk menghindari kerugian, Manuhua memerintahkan agar lebih baik menghindari bentrokan bersenjata jika bertemu pasukan Belanda.
Tapi bentrokan dengan pasukan Belanda yang terdiri dari pasukan marinir dan KNIL yang bersenjata lengkap tidak bisa dihindari.
Manahua yang terkenal tangguh dalam pertempuran itu akhirnya gugur setelah dihujani tembakan senapan mesin oleh pasukan Belanda.
Sumber: Koleksi Majalah Angkasa
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR