Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara (2)

K. Tatik Wardayati

Editor

Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara (2)
Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara (2)

Intisari-Online.com – Tulisan ini, "Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara", pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2015, dan ditulis oleh Ersa Dopita Sidauruk. Mari kita simak.

Fisik, mental, dan mapan

Di luar biaya yang mahal, apa yang dilakukan Hendra menginspirasi banyak orang untuk menyukai lari ekstrem dan jarak jauh. Di beberapa acara lomba lari trail peserta membeludak. Seperti di Gede Pangrango Marathon yang pesertanya mencapai hampir 600 orang. Padahal peserta “disiksa” dengan ganasnya medan dari Cibodas ke kawah Gunung Gede.

Untuk ikut lomba lari trail di Indonesia saja butuh biaya tak sedikit, apalagi di luar. Dari total Rp200 juta tadi, biaya pendaftaran Likeys 6633 saja mencapai Rp58 juta. Sisanya digunakan untuk transportasi sekitar Rp35 juta serta peralatan dan logistik sekitar Rp70 juta. Perlombaan ini merupakan lomba lari mandiri sehingga tiap peserta harus membawa peralatan dan logistik sendiri.

Panitia Likeys 6633 menyediakan tempat peristirahatan dan pengecekan kondisi (check point) di sepanjang rute. Namun jangan mengira titik pengecekan berserakan. Untuk jarak sejauh 566 km itu hanya ada delapan titik pengecekan, termasuk pos finis. Jarak masing-masing titik pengecekan bervariasi, mulai dari 30-an km sampai 100-an km. Di setiap titik itu panitia hanya memberikan air panas bagi setiap peserta.

Di tempat-tempat tadi, peserta dapat beristirahat dan makan. Selama mengikuti perlombaan di Kutub Utara itu, Hendra hanya tidur sekitar satu hingga dua jam dan mengisi perut dengan makanan seperti salmon, mi cepat saji, dan power bar atau cokelat batangan. “Tidurnya di sleeping bed. Kalau kebanyakan tidur malah semakin dingin sehingga harus terus berlari,” katanya.

Dengan biaya semahal itu dan “minimnya” fasilitas, maka tak berlebihan bila lomba ultra trail dikatakan sebagai lomba lari mahal. Akan tetapi, untuk ikut ultra trail tak melulu punya uang segepok. Begitu juga, fisik yang kuat bukan jaminan jika tidak didukung mental yang kuat.

Oleh karena itu, Hendra mengatakan, belum tentu orang yang mampu secara finansial mau mengikuti lomba ini, terkecuali mereka yang memang suka tantangan, olahraga lari, dan berpetualang. “Mereka pasti berpikir mending uang Rp200 juta digunakan untuk membeli mobil atau rumah saja daripada untuk ikut lomba yang enggak jelas itu,” tutur pengusaha garmen ini sambil tertawa.

Nah, gila enggak menurut Anda?

Menjaga Kebugaran ala Hendra Wijaya

Di usia 48 tahun, Hendra Wijaya masih tampak sehat, kuat, bugar, dan bahkan sanggup berlari hingga 566 km. Apa rahasianya? Berikut adalah kiat menjaga kebugaran ala Hendra Wijaya:

  • Olahraga rutin. Demi menjaga kebugaran tubuh, Hendra rutin melakukan olahraga, baik itu lari, renang, atau bersepeda. Sesibuk apa pun ia selalu menyempatkan untuk berolahraga setiap hari. Pagi hari selama empat hingga lima jam, sore hari dua jam.
  • Makanan bergizi dan kaya serat. Olahraga rutin harus diimbangi dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan kaya serat. Sayur dan buah selalu menemani menu makan Hendra. Ia selalu menghindari makanan yang mengandung lemak. Jangan lupa untuk istirahat yang cukup.
  • Berpikir ultra. Berpikir ultra tak hanya dijadikannya sebagai pedoman dalam hidup, namun juga dalam menjaga kebugaran. Berpikir ultra adalah berpikir positif, dalam setiap kehidupan mampu membuat kreasi, tidak mengeluh, iri terhadap orang lain, dan menjatuhkan orang lain. Dengan begitu akan memberi efek positif bagi kebugaran tubuh.
  • Refreshing. Tak hanya pikiran saja yang butuh refreshing, tubuh pun juga perlu. Seminggu atau dua minggu sekali Hendra selalu menyempatkan diri untuk refreshing. Tujuan refreshingnya pun yang bisa meningkatkan kebugaran tubuh, seperti mendaki gunung.