Seperti yang dilakukan oleh sekelompok pelajar dari SMA Katolik Santo Paulus Jember pada akhir September lalu. Dalam rangka memperingati International Day of Peace mereka bekerja sama dengan Komunitas Tanoker mengadakan serangkaian kegiatan. Mulai dari menggambar, kuis, hingga bakti sosial. “Melalui kegiatan semacam ini kami berharap murid-murid memahami sekaligus melakukan aksi dalam menyikapi permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat,”ungkap Guntur Wijaya, S.H. guru sekaligus pendamping dalam kegiatan tersebut.
Rasa bangga dan haru juga dirasakan langsung oleh murid SMA tersebut setelah melakukan kegiatan bersama. Sebagian besar dari mereka baru menyadari jika ternyata ada permasalahan sosial di sekitar mereka. “Saya merasa bersyukur bisa bertemu, berinteraksi, dan berbagi bersama adik-adik di Tanoker,” ungkap Michelle Gracia Manoppo sambil menahan air mata haru.
Harus Mandiri Tanpa Ke Luar Negeri
Selain sibuk mendampingi anak-anak Tanoker, pasangan suami istri ini juga memiliki aktivitas lain. Farha Ciciek tergabung dalam Aliansi Indonesia Damai (AID), sebuah organisasi yang menjaga terciptanya kerukunan. Lek Hang sendiri juga menjadi konsultan dalam bidang lingkungan hidup. Mereka juga sering diundang sebagai pembicara seminar dalam berbagai acara di Kota Jember. Pasangan suami istri ini juga aktif dalam pendampingan ibu-ibu rumah tangga dalam membuat kerajinan tangan untuk menambah penghasilan.
Permasalahan yang dihadapi Lek Hang dan Farha Ciciek lebih kepada orangtua dari anak-anak di sekitar desanya yang masih menganggap bekerja di luar negeri sebagai satu-satunya jalan pintas untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Dampaknya jelas, semakin banyak anak-anak yang terlantar dan menjadi “Yatim Piatu Sosial” atau pada kenyataannya mereka memiliki orangtua tapi jarang bertemu dan mendapatkan kasih sayang.
Solusi yang diambil Farha Ciciek dan Lek Hang adalah dengan mendampingi ibu-ibu rumah tangga di desa-desa terdekat untuk membuat kerajinan untuk menambah penghasilan. Selain itu, melalui beberapa relawan Komunitas Tanoker juga rutin berkeliling di beberapa desa untuk melakukan pendampingan dalam bidang pertanian. Tujuannya agar masyarakat bisa mandiri tanpa harus bekerja di luar negeri. Tercatat ada empat desa yang rutin mendapat pendampingan dari Komunitas Tanoker, yakni Desa Sumber Salak, Desa Sumber Lesung, Desa Sumber Bulus, dan Desa Ledokombo.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR