Charles Toto, Memasak Makanan Kelas Dunia di Dapur Rimba

Tika Anggreni Purba

Penulis

Charles Toto, Memasak Makanan Kelas Dunia di Dapur Rimba
Charles Toto, Memasak Makanan Kelas Dunia di Dapur Rimba

Intisari-Online.com—Saat Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen membuat film-film yang membuka mata tentang kondisi Papua, sejujurnya sebagai orang Papua, Charles Toto (39) merasa amat malu. Walau sangat bersyukur dengan film-film tersebut, sejujurnya hatinya terusik. “Mengapa kami orang Papua sendiri tidak memiliki aksi agar Papua lebih maju?” katanya.

Namanya dikenal sebagai koki rimba Papua, sebab ia memang seorang chef dari dapur alam Papua. Pria asal Jayapura yang akrab dipanggil Cato ini kini memimpin Papua Jungle Chef Community, melalui komunitas ini, ia aktif mengajar orang-orang Papua untuk belajar memasak.

Tahun 1997, setelah enam bulan bekerja sebagai tenaga pencuci piring di salah satu hotel di Jayapura, Cato diterima bekerja di salah satu agen perjalanan wisata di Papua. Cato agak heran dan kaget ketika turis-turis asing tersebut hanya diberi sajian makanan kaleng dan makanan instan dalam perjalanan mereka. “Mereka bayar mahal, tapi cuma diberi makanan instan yang tidak fresh,” kata Cato.

Akhirnya, ia berpikir untuk mengolah masakan instan tadi biar lebih layak dikonsumsi turis. Makanan instan dicampur dengan bahan-bahan alam yang mereka temukan saat berpetualang di pedalaman Papua. Kreasinya semakin berkembang seiring pengalamannya memasak menggunakan bahan-bahan lokal seadanya. Cato mengaku tidak pernah takut kehabisan bahan makanan. Sebab baginya, bahan-bahan masakan itu banyak tersedia di alam. Hanya bagaimana mengolahnya jadi makanan yang layak dikonsumsi.

Suatu kali ketika melakukan perjalanan ke salah satu pulau di kawasan Nabire terjadi badai sehingga mereka terhambat untuk pulang. Persediaan makanan mulai habis. Satu-satunya yang tersisa hanyalah beras. Tapi beras juga tidak ada gunanya kalau tidak dimasak. Akhirnya, setelah menyalakan api dari pelepah kelapa kering, Cato berinisiatif memasak beras tersebut menggunakan batok kelapa muda. Air kelapa mudah pun membuat beras yang dimasak semakin gurih dan enak. Selama seminggu, mereka bertahan dengan bahan makanan dari sekitaran pantai. Mulai dari ikan, kelapa, dan tentu saja kreasi unik dari sang jungle chef.

Cato punya mimpi sendiri untuk masyarakat Papua. Ia sadar benar, kalau masyarakat Papua masih selalu jadi sorotan karena berbagai ketertinggalan. Karenanya, Cato menjadikan keahliannya ini sebagai satu cara untuk memajukan masyarakat lokal.

Sembari tur wisata, Cato aktif mengajar mama-mama ( sebutan ibu-ibu di Papua, -red) dan anak-anak dari satu desa ke desa lainnya di Papua. Dengan melakukan demo masak antarkampung ini, Cato memotivasi mereka untuk menggunakan segala kekayaan alam Papua untuk menghasilkan masakan yang enak. Cato bilang, tidak perlu menggunakan bahan mahal dan peralatan mahal untuk membuat makanan yang enak. “ Saya tekankan pada mama-mama di desa, walau tidak punya oven, kita bisa memasak di bambu dan batok kelapa. Bahan makanan semua sudah tersedia karena alam Papua sangat kaya,” ujarnya.

Tentu untuk melakukan demo masak dari satu daerah ke daerah lainnya membutuhkan biaya. Namun Cato mengaku bisa keliling Papua hanya dengan seribu rupiah. Rahasianya ternyata sederhana, yaitu belas kasih orang Papua. “Mama-mama di Papua itu sangat lembut hatinya, mudah luluh. Jadi setiap kali saya melakukan pelatihan, mereka bersedia mendayung perahu untuk mengantar saya,” kata Cato lagi dengan logatnya yang khas. Selama lima tahun terakhir, perjalanan Cato untuk mengajar didukung penuh oleh masyarakat desa yang dikunjunginya.

Selain itu, Cato juga ingin memberi edukasi bagi orang-orang yang berada di pedalaman Papua bahwa makanan enak itu tidak hanya ada di kota saja. Mereka yang di desa juga bisa menikmati makanan enak, asal tahu bagaimana cara memanfaatkan dan mengolah bahan-bahan alam yang ada. Selain itu, Cato rindu masyarakat Papua yang tinggal di daerah pedalaman juga bisa teredukasi soal pola hidup sehat dengan cara memasak yang higienis pula.

Cato berharap visinya akan Papua ini bisa terus terlaksana dengan kehadiran Papua Jungle Chef lainnya. Sehingga ia juga fokus memberikan training untuk mahasiswa-mahasiswa Papua untuk bertahan hidup dengan bahan alam ketika tur wisata. Katanya, Cato ingin generasi-generasi Papua punya hati untuk tanah kelahiran mereka melalui tur wisata, pelatihan masak di daerah pedalaman, dan pelatihan mahasiswa Papua yang dikerjakannya.