Cetakan kertas tersebut kemudian dikirim kepada Kern, yang menyatakan bahwa Prasasti Karang Berahi tidak terbaca, tetapi aksaranya mirip Prasasti Canggal yang berangka tahun 732.
Laporan temuan prasasti di Desa Karang Berahi kemudian disampaikan oleh Rouffaer kepada Bataviaasch Genootschap (lembaga kebudayaan pada masa Belanda) pada 1909.
Setelah itu, keberadaan Prasasti Karang Berahi sempat terlupakan.
Hingga akhirnya pada 1920, Krom menyebutkan dalam salah satu tulisannya bahwa prasasti ini sama dengan Prasasti Kota Kapur yang telah diterbitkan Kern pada 1912.
Krom kembali meneliti Prasasti Karang Berahi yang kemudian dituangkan dalam makalah berjudul De Sumatraansche periode der Javaansche Geschiedenis dan buku berjudul Hindoe-Javaansche Geschiedenis (1926).
Meski dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan angka tahunnya, diperkirakan prasasti ini dibuat pada tahun 686 atau 608 Saka.
Prasasti Karang Berahi kini disimpan di sebuah cungkup di halaman masjid Desa Karang Berahi.
Salah satu penggalan isi Prasasti Karang Berahi berbunyi:
'Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi (kedatuan) srivijaya (ini); juga kau Tandrun luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan!'
Baca Juga: Berikut Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak pada Akhir Abad ke-15
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR