Tahun 2011, Ba'asyir dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena pendanaan pusat pelatihan teroris di provinsi Aceh.
Ia kemudian dilepaskan pada Januari 2020 setelah menerima remisi atas perilaku baik.
Zulkarnaen, yang nama aslinya Aris Sumarsono, juga dicurigai memerankan peran dalam pengeboman bunuh diri Hotel Marriott di tahun 2003 dan 2009 di Jakarta yang membunuh 21 orang, serta pengeboman Bali kedua pada 2005 di Kuta dan Jimbaran yang membunuh 23 orang.
Sumber intelijen saat itu mengatakan mereka memiliki beberapa keraguan jika Zulkarnaen berada di balik serangkaian serangan di Jakarta dan Bali serta membuat aksi keamanan dilakukan di semua hotel dan bangunan-bangunan publik yang masih berlaku sampai saat ini.
Baca Juga: Sejarah Pembentukan Densus 88 Usai Terjadi Peristiwa Bom Bali 2002
Pelaku serangan-serangan tersebut, pembuat bom Malaysia Azahari bin Husin (47) dan Noordin Mohammad Top (41) dengan cepat menjadi target perburuan Densus 88 di sepanjang Pulau Jawa.
Azahari dibunuh di persembunyiannya di gunung dekat Malang, Jawa Timur, November 2005.
Sedangkan Noordin M Top dan tiga teroris lain meledakkan diri sendiri setelah dikepung di sebuah desa dekat dengan kota Solo, empat tahun setelah Azahari tewas.
Masih tidak jelas bagaimana Zulkarnaen berhasil lolos dari pengawasan Densus 88 untuk waktu yang sangat lama.
Dibentuk dengan bantuan AS dan Australia setelah ledakan teroris 2002, Densus 88 melanjutkan untuk menangani para militan walaupun pandemi Covid-19 berlangsung.
Zulkarnaen akhirnya ditangkap setelah polisi melacak pria yang menyembunyikannya, sesama buronan Upik Lawanga.
KOMENTAR