Yakin Kalau Kerja di Rumah Itu Lebih Mudah dan Lebih Menyenangkan?

Ade Sulaeman

Penulis

Yakin Kalau Kerja di Rumah Itu Lebih Mudah dan Lebih Menyenangkan?
Yakin Kalau Kerja di Rumah Itu Lebih Mudah dan Lebih Menyenangkan?

Intisari-Online.com - Salah satu hal yang menarik dari generasi milenial, terutama di perkotaan adalah para wanita yang melepas pekerjaan kantoran dan memilih untuk bekerja dari rumah. Kondisi yang seolah menjadi impian ideal para wanita, khususnya yang sudah miliki balita. Namun, benarkah bekerja di rumah itu lebih mudah dan lebih menyenangkan?

--

Istilah WHAM (Work-at-home-mom) kian populer akhir-akhir ini. Bekerja dari rumah kebanyakan menjadi impian para ibu, terutama yang memiliki balita.

“Bekerja di rumah itu banyak tantangannya. Kalau orangtuanya di rumah, anak mikirnya seluruh waktu untuk dia dan maunya ditemani main terus. Supaya bisa bekerja, saya tetap perlu helper. Atau harus pintar curi-curi waktu pas Si Kecil tidur, saya kerja, deh,” kata Soffie yang bekerja sebagai copywriter.

Lain lagi cerita yang diungkapkan Dede sebagai penulis, “Awalnya saya merasa repot kerja di rumah. Karena saya tetap harus koordinasi teknik pekerjaan, alur penugasan, materi, dan lain-lain. Paling sulit itu mendisiplinkan diri untuk mengerjakan tugas secara profesional. Tapi kalau sudah ketemu ritmenya, sih, lama-lama terbiasa juga.”

Ya, minat bekerja di rumah umumnya dilandasi keinginan untuk memiliki waktu lebih fleksibel dan menjalani hidup lebih berkualitas. Apalagi saat ini, pilihan untuk bekerja lepas (freelancer) sangat beragam.

Tapi, walau terdengar menyenangkan, praktiknya tak semudah yang dibayangkan. Anda perlu mempertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan ‘pindah haluan’.

Jangan selalu bayangkan hal yang indah dan menyenangkan soal kebebasan mengatur waktu, tak kena macet di jalan, bisa lebih dekat dengan anak, bisa multitasking dengan tugas-tugas rumah tangga dan hal-hal menggoda lainnya.

Sebab bekerja di rumah hanya merujuk pada tempat di mana kita bekerja. Apapun bidang pekerjaan yang kita tekuni menuntut sikap profesional. Celakanya, seringkali kita lupa bahwa kemandirian membutuhkan disiplin yang lebih tinggi dan tidak semua orang sanggup melakukannya.

Itu sebabnya banyak juga para ibu yang mengaku tidak sanggup bekerja di rumah dan memutuskan kembali menjadi orang kantoran. Nah, untuk lebih memantapkan keputusan Anda, ini 4 hal yang perlu disiapkan:

1. Motivasi Kuat

Bekerja dari rumah, artinya kemandirian dan inisatif pribadi menjadi hal utama. Sebab tak ada yang mengawasi atau mendikte Anda melakukan pekerjaan ini itu.

Bagi mereka yang terbiasa bekerja berdasarkan order, hal ini bisa menyulitkan. Harus ada motivasi yang kuat dari diri sendiri untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan, mengalahkan rasa malas untuk menunda-nunda, membuat prioritas atau menghadapi berbagai godaan dalam bekerja.

Termasuk mencari solusi atas permasalahan yang mungkin Anda temui dalam bekerja.

2. Dukungan Keluarga

Sebelum memutuskan, pastikan lingkungan rumah (pasangan, anak atau keluarga) mendukung keputusan Anda. Artinya, meski secara teori Anda full-time di rumah, bukan berarti waktu Anda tersita untuk tugas domestik.

Pembagian tugas dengan pasangan juga perlu dibicarakan. Misalnya setelah Anda seharian bersama anak, malam adalah waktu suami bersama anak untuk membacakan dongeng atau menemani anak belajar.

3. Manajemen Waktu

Kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh pekerja rumahan adalah merasa bahwa waktu tidak terbatas. Padahal, banyak ‘pencuri waktu’ yang datang tanpa disadari. Misal terlalu lama berkutat di depan televisi, keasyikan bersosial media atau bersosialisasi dengan tetangga, atau bermain-main dengan Si Kecil.

Meski bekerja di rumah, Anda perlu tegas membagi waktu. Salah satu cara dengan membiasakan bekerja pada waktu yang sama setiap harinya. Anda harus bisa memilah kapan waktu untuk bekerja, kapan untuk break, kapan untuk bersama dengan anak.

Penggunaan waktu yang tidak efisien seringkali menjadi penyebab kita kerap merasa lelah. Bahkan tak jarang Anda merasa lebih lelah bekerja di rumah ketimbang ketika bekerja sebagai ‘orang kantoran’.

4. Ruang Kerja Khusus

Sebisa mungkin, ciptakan ruang khusus untuk bekerja. Bisa sebuah kamar, atau sebuah sudut ruangan yang disepakati sebagai ‘ruang bekerja’.

Sehingga anak belajar memahami, bahwa meski ibu sedang di rumah, ketika ia berada di ruangan tersebut, ibu sedang bekerja dan sebisa mungkin tidak mengganggu.

(Emma Aliudin/Tabloidnova.com)