Amangkurat I merasa langkah ini efektif agar para pengkhianat bisa dilibas dalam sekali pukul.
Kemudian ketika hari pelaksanaan eksekusi tiba, anak buah keempat orang kepercayaan raja disebar ke empat penjuru mata angin.
Aba-aba dimulainya aksi pembunuhan ditandai dengan letusan meriam dari istana.
Eksekusi berjalan sangat lancar dan kurang dari 30 menit sebanyak 6000 ulama tewas ditikam para serdadu yang dipimpin oleh keempat orang kepercayaan raja.
Baca Juga: Bagaimana Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan Keruntuhannya
Sejarawan van Goens menulis, "Belum setengah jam berlalu setelah terdengar bunyi tembakan, 5 sampai 6 ribu jiwa dibasmi dengan cara yang mengerikan.”
Juga ditulis bahwa selama aksi pembunuhan berlangsung, raja mengurung diri di istanah.
Dia bertingkah seolah tidak menghetahui apa yang terjadi di luar istana.
Setelah pembantaian selesai, hari berikutnya raja tampil di muka umum dengan wajah marah dan terkejut.
"Selama satu jam di depan para pejabat, tidak satu patah kata pun terucap dari mulutnya. Semua orang yang hadir pun diam dan suasana kian mencekam. Tidak seorang pun berani mengangkat kepalanya, apalagi memandang wajah Sunan,” catat van Goens.
Ulama dituduh Amangkurat I bersekongkol membunuh adiknya, Pangeran Alit.
Tuduhan itu seolah-olah membenarkan jika pembantaian terhadap ulama sebagai balasan setimpal atas kematian adiknya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
KOMENTAR