Para leluhur Suku Tengger menganut aliran kepercayaan Siwa-Buddha yang berkembang menjadi agama Hindu seperti yang dipegang oleh Suku Tengger kini.
Bagi orang Tengger, Gunung Bromo merupakan gunung suci, lokus singgasananya Dewa Brahma.
Meski demikian Suku Tengger tidak menarik diri dari masyarakat, mereka justru memiliki karakteristik budaya yang berbeda dari budaya masyarakat Jawa secara umum.
Bagi orang Tengger, semua orang didudukkan sama (padha) dan satu keturunan (sakturunan).
Konsep padha dan sakturunan inilah yang membentuk hubungan sosial masyarakat Tengger menjadi cenderung bersifat egaliter, tidak mengenal sistem stratafikasi yang kaku, tidak bergaya hidup priyayi, dan juga memiliki rasa kekeluargaan serta solidaritas sosial tinggi.
Dari penelitian Ayu Sutarto tahun 1990, tercatat bahwa hasil studi lapangan selama lima tahun melihat keluhuran masyarakat Tengger dengan hasil yang menakjubkan, yaitu angka kejahatan di desa-desa Tengger hampir dipastikan selalu nol.
Jika ada tindak kriminal maka pelakunya dipastikan bukanlah Suku Tengger, mereka adalah Wong Ngare, yang tinggal di dataran rendah.
Perilaku Suku Tengger yang jauh dari tindakan jahat ini bisa dikatakan bahwa mereka sudah mengikuti Pancasila sebagai ideologi hidup.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR