China mengimpor 29 juta ton LNG pada 2020 lalu, meningkat 4,2% dari tahun sebelumnya.
Terjadi peningkatan pada Januari-November mencapai 7,4% ke angka 28,5 juta ton, seperti data dari bea cukai.
Namun, penyedia intelijen pasar OilChem.net menemukan jika Australia tidak menerima kontrak pasokan jangka panjang baru dari China tahun lalu di tengah ketegangan bilateral mereka, dan beberapa saham pasar telah digerus oleh Qatar, Rusia dan AS.
Dalam sebuah catatan bulan lalu, situs mengatakan saham pasar Australia telah jauh 40%, turun dari 43% tahun 2020 dan dari 46% pada 2019, sementara proporsi AS melonjak dari 4% ke 11% tahun lalu.
China menyepakati enam kesepakatan LNG jangka panjang dengan pemasok AS tahun lalu untuk menghormati komitmen pembelian yang dibuat Beijing di bawah kesepakatan perdagangan fase pertama.
AS telah menjadi pemasok terbesar kedua untuk LNG ke China, dengan volume perdagangan Januari-November sebesar 8.26 juta ton.
Richard McGregor, peneliti di lembaga penelitian Australia Lowy Institute, mengatakan kontrak pasokan jangka panjang akan membantu mitigasi kerusakan potensial dari berhentinya pasokan LNG Australia.
Rencana pembuat kebijakan Beijing adalah meningkatkan proporsi gas alam ke campuran energi negara ke 12% pada 2025, naik dari yang sekarang 10%, dan pada 2030 target meningkat menjadi 15%.
Namun produksi lokal masih jatuh jauh untuk memenuhi kebutuhan.
Hasil gas alam China sendiri meningkat 9,1% tahun lalu mencapai 206 miliar meter kubik, sementara gas serpih tumbuh sekitar 15% ke 23 miliar meter kubik.
"Dalam jangka panjang, tentu saja, mereka akan membeli kurang dari yang dipakai Australia sebagai bidak politiknya, tapi mereka tidak bisa melakukannya dalam satu malam," tambah McGregor.
KOMENTAR