Intisari-Online.com - Memanasnya hubungan Rusia dengan Uni Eropa (UE) membuat Amerika Serikat (AS) juga gelisah.
Alhasil konflik yang melibatkan Rusia dan Uni Eropa ini semakin membuat dunia ketar-letir.
Apalagi ketika Presiden AS Joe Biden dikatakan sedang mempertimbangkan beberapa hal.
Salah satunya untuk memutuskan hubungan Rusia dari sistem pembayaran internasional yang digunakan oleh bank-bank di seluruh dunia.
Ini sebagai bentuk sanksi lain ketika ketegangan di perbatasan Ukraina-Rusia meningkat.
Selain itu, pejabat AS dilaporkan Presiden Biden mungkin memilih "opsi nuklir" untuk mencegah Rusia menyerang Ukraina.
Sikap Presiden Biden itu lantas dibalas oleh Rusia.
Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (8/12/2021), Presiden Rusia Vladimir Putin akan membalas sikap Presiden Biden dengan memotong pasokan gas ke UE.
Ya, diketahui Rusia memang mempunyai kontrol atas pasokan gas di Uni Eropa.
Dan tampaknya ini akan menjadi pilihan Presiden Putin untuk membalas AS dan UE.
Itu terjadi setelah sekretaris pers Gubernur Florida Ron DeSantis Christina Pushaw menjawab berita bahwa pemerintahan Biden siap menggunakan "opsi nuklir".
Dia menulis di Twitter: "Bukankah Rusia akan memotong pasokan gas ke UE sebagai tanggapan?".
Keterlibatan Putin di pasar energi Eropa telah terbukti setelah Gazprom, perusahaan gas milik negara Rusia, mengurangi pasokan dengan harapan untuk mempercepat persetujuan pipa Nord Stream 2 yang baru.
Lalu mulai menghindari undang-undang UE yang berlaku untuk sistem tersebut.
Diketahui Rusia memasok sekitar 40 persen dari impor gas alam UE.
Oleh karena itu UE sangat bergantung pada negara tersebut untuk keamanan energinya.
Ketika Presiden Putin memotong gas, akibatnya harga energi di Eropa meroket ke rekor tertinggi dan telah membuat Uni Eropa berebut untuk menyelesaikan krisis.
Satu per satu negara UE pun mengalami masalah.
Seperti Moldova masuk ke dalam keadaan darurat pada bulan Oktober ketika Gazprom dilaporkan memangkas pasokan gasnya.
Apa yang terjadi di perbatasan Rusia-Ukraina sebenarnya merupakan efek beruntun.
Rusia dilaporkan telah mengirim 100.000 tentara ke perbatasan Ukraina-Rusia, yang dikutuk AS.
Sikap Rusia itulah yang membuat Presiden Biden marah dan mengancam opsi nuklir.
Tapi rupanya Presiden Putin masih punya harus AS-nya di Eropa.
Apalagi Moskow telah membantah niat agresif dan menuduh Barat melakukan provokasi
Lalu apa yang akan dilakukan AS dan sekutunya kini?
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR