Krisis Tahun 1999
Krisis Timor Timur tahun 1999 dimulai dengan serangan militan anti-kemerdekaan terhadap warga sipil, dan meluas menjadi kerusuhan di seluruh Timor Timur, berpusat di ibu kota Dili.
Kerusuhan meletus setelah mayoritas pemilih referendum Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia.
Peristiwa ini menyebabkan ribuan penduduk tewas, serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi.
Mengutip The Guardian, Kampanye kekerasan selama tiga minggu tersebut menewaskan 2.600 orang, hampir 30.000 orang mengungsi dan sebanyak 250.000 orang dikirim secara paksa melewati perbatasan ke Timor Barat Indonesia setelah pemungutan suara.
Situasi ini pula yang membuat diturunkannya tentara PBB (INTERFET) ke Timor Timur.
Pada tanggal 20 September 1999, pasukan penjaga perdamaian internasional pimpinan Australia, tersebut tiba untuk memulihkan ketertiban.
Tapi ketika itu, kerusakan besar telah terjadi. Kota-kota dan desa-desa hancur dan infrastruktur vital hancur.
Indonesia Mengakui Hasil Referendum Timor Timur
Mengutip Kompas.com, pada 19 Oktober 1999 Sidang Umum MPR menyetujui hasil referendum Timor Timur yang artinya Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keputusan tersebut kemudian diatur dalam Ketetapan Nomor V/MPR/1999, yang menyatakan bahwa Ketetapan Nomor VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur ke dalam NKRI tidak berlaku lagi.
Kemudian, Xanana Gusmao pun dibebaskan setelah tujuh tahun menjadi tahanan politik di Jakarta.
Ia kembali ke Dili sebagai pemimpin dari Conselho Nacional de Resistencia Timorense (CNRT).
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR