Orang Mesir kuno juga percaya bahwa musik dapat membantu seseorang dalam perjalanan mereka ke alam baka.
Oleh karena itu, kombinasi musik dan tarian diperlukan saat melakukan ritual merayakan kematian.
Dalam kasus Sha-Amun-en-su, lagu-lagunya sangat penting dalam ritual sehari-hari ketika dewa harus bangun di pagi hari dan pergi tidur di malam hari.
Karena sarkofus Sha-Amun-en-su tidak pernah dibuka, para ilmuwan hanya bisa menghubungkan apa yang mereka temukan dengan menggunakan teknologi sinar-x.
Para ahli menentukan dia berusia sekitar 50 tahun ketika dia meninggal, tetapi penyebab kematiannya masih belum diketahui.
Tubuhnya tampak dalam kondisi baik, tanpa trauma atau cedera, menunjukkan dia meninggal karena sebab alami.
Dia memiliki gigi dalam kondisi sangat baik.
Tenggorokannya ditutupi dengan perban berlapis resin untuk melindungi organ vitalnya itu, untuk memastikan dia bisa terus menyanyikan lagu-lagu religi di kehidupan selanjutnya.
Di antara artefak pemakamannya adalah scarab hati yang indah yang terbuat dari batu hijau yang diukir dengan namanya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR