Di dalam negeri sendiri pada tahun 1651, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh patih Gelgel, yaitu Gusti Agung Maruti.
Di bawah pemerintahan Gusti Agung Maruti, wilayah bawahan Gelgel banyak yang melepaskan diri, lalu membentuk pemerintahan sendiri, yaitu Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Mengwi, dan Tabanan.
Namun, pada 1686, putra Dalem Di Made, yaitu Dewa Agung Jambe berhasil merebut kembali kekuasaan.
Tetapi Dewa Agung Jambe tidak ingin berkuasa di Gelgel, dia memindahkan pusat pemerintahan ke istana Samarapura di Klungkung.
Akhir dari runtuhnya Kerajaan Gelgel ini menandai berakhirnya kekuasaan tunggal di Bali.
Setelah itu Bali terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat, yaitu Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Mengwi, dan Tabanan.
Bali tetap beragama Hindu
Dari kedatangan pendeta Hindu di Jawa yang mengubah tatanan keagamaan Hindu di Bali, maka kita ketahui pulau yang sangat eksotik di Indonesia ini mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Mengutip dari buku Robert Pringle (2004) A Short History of Bali: Indonesia’s Hindu Realm yang ringkasannya dilansir di bayudardias.staff.ugm.ac.id, dijelaskan mengapa Bali tetap menjadi Hindu pada saat Jawa telah berubah menjadi Islam.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR