Para ilmuwan menggunakan proses yang disebut metode Manchester untuk proyek ini.
Proses ini mempertimbangkan jaringan lunak dan ketebalan otot wajah saat merekonstruksinya.
"Tim juga mengumpulkan sejumlah besar data tentang mumi misterius itu, seperti pemeriksaan fisik tengkorak sebelumnya, pengukuran dan rontgen," kata Galassi, seorang arkeolog.
'Rekonstruksi wajah ini menghidupkan, secara metaforis, salah satu mumi paling kontroversial dan penting dalam sejarah dunia,' kata tim tersebut.
Tidak hanya muminya, semasa hidup Akhenaten sendiri juga dilanda kontroversi saat memerintah Mesir.
Ketika Akhenaten berkuasa, ia meninggalkan tradisi Mesir tentang banyak dewa demi monoteisme dan hanya memberi penghormatan kepada dewa matahari bernama Aten.
Perubahan ini tidak diterima secara luas di Mesir kuno, karena seluruh budaya mereka berpusat pada kepercayaan kepada banyak dewa.
Ketika Akhenaten meninggal, orang-orang membongkar dan menyembunyikan monumen mendiang Firaun dan namanya dihapus dari daftar penguasa.
Namun, agama politeistik sebelumnya didirikan kembali setelah putra Akhenaten, Tutankhamun, naik takhta.
Tut mulai naik takhta pada usia 8 tahun dan memerintah selama sekitar sembilan tahun.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR