Intisari-Online.com - Ladang minyak dan gas merupakan satu-satunya penghasilan Timor Leste.
Memiliki banyak ladang minyak dan gas itu juga yang jadi alasan Timor Leste mau lepas dari Indonesia.
Masalahnya, meski memiliki banyak ladang minyak dan gas di seluruh negeri, SDM negara itu masih bahwa rata-rata.
Oleh karenanya, pemimpin Timor-Leste begitu putus asa untuk membangun pabrik darat.
Tujuannya untuk memproses minyak dan gas yang akan diekstraksi dari ladang gas Greater Sunrise.
Sehingga mereka bisa menjualnya ke China atau negara lain untuk mendapatkan dana.
Akan tetapi China telah secara tidak biasa menolak gagasan memberikan pinjaman 16 miliar Dollar AS untuk usaha ini.
Dilansir dari thediplomat.com pada Rabu (27/10/2021), penolakan China sungguh di luar dugaan.
Sebab dikira negeri Panda berencana mendekati Timor Leste guna membangun pangkalan militer di sana.
Ingat, Timor Leste berbatasan langsung dengan Australia, musuh China sekarang.
Akan tetapi nyatanya China sudah sadar bahwa urusan ladang minyak dan gas Timor Leste begitu rumit.
Di luar besarnya keinginan beberapa orang di Dili agar minyak dan gas diproses di darat, para pejabat mengungkapkan betapa berisikonya usaha itu.
Contoh, proyek Tasi Mane yang diusulkan senilai 18 miliar Dollar AS (Rp255 triliun).
Proyek itu tidak hanya akan menjadi dorongan signifikan bagi ekonomi lokal dan menciptakan banyak pekerjaan.
Akan tetapi juga merupakan imbolis bahwa Timor Leste mengambil kembali otonomi atas kekayaan alamnya sendiri, yang telah dibagi oleh Indonesia dan Australia sejak tahun 1970-an, ketika negara itu diduduki oleh pasukan Jakarta.
Namun di sisi lain, mitra asing dan kelompok politisi berpendapat bahwa situs darat tidak masuk akal secara finansial atau logistik.
Ini sangat mahal untuk negara yang sudah kekurangan uang yang PDBnya hanya mencapai 1,6 miliar Dollar AS tahun lalu, serta secara logistik penuh dengan risiko.
Selain itu, proyek darat tidak akan menciptakan banyak pekerjaan bagi orang Timor Leste.
Ini karena hanya sedikit warga yang memiliki keterampilan atau pengalaman yang dibutuhkan untuk membangun atau mengoperasikan pipa gas utama dan pabrik pengolahan.
Banyak mitra asing yang menganggap proyek itu adalah kesombongan warga Timor Leste.
Tapi bukannya untung, itu malah kemungkinan akan melumpuhkan ekonomi negara selama satu generasi.
Alhasil proyek pemrosesan minyak dan gas Tasi Mane senilai 18 miliar Dollar AS tidak mungkin terwujud.
Penurunan harga minyak dan gas sejak awal pandemi juga tidak membantu.
Malahan Timor Leste harus mau tidak mau melakukan pinjaman internasional untuk mengumpulkan dana untuk proyek tersebut.
Tapi adakah negara yang mau berinvestasi di sana dengan segala kekurangannya?
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR