Pada abad ke-19, daun semangka ditemukan ditempatkan pada mumi di sebuah makam yang berusia sekitar 3500 tahun.
Ketika ahli botani, Susanne Renner di Universitas Munich, Jerman, mengetahui tentang daun ini, dia menyadari bahwa DNA mereka mungkin mengungkapkan seperti apa semangka purba itu.
Dia juga menemukan bahwa beberapa daun telah dikirim ke ahli botani terkenal Joseph Hooker, yang saat itu menjadi kepala Kew Gardens di London.
Mark Newbitt di Kew memberi tim Renner sampel kecil dari satu daun.
Dia mengalami kesutlitan membuka etalase yang berisi daun, katanya, karena belum dibuka sejak daun pertama kali ditempatkan di dalamnya pada tahun 1876.
DNA purba itu kemudian diurutkan oleh rekan Renner, Guilaumme Chomicke, di Universitas Oxford.
Tim itu hanya bisa mendapatkan urutan genom parsial, namun mencakup dua gen penting yang mengungkapkan seperti apa buah semangka ini.
“Kami sangat beruntung,” kata Renner, melansir newscientist.
Salah satu gen ini mengontrol produksi cucurbitacins yang pahit.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR