Pemerintah telah berjanji untuk menyumbangkan 100 juta dosis, dan telah menyumbangkan £548 juta untuk skema Covax.
Tetapi, kelompok amal, yang mencakup Oxfam dan UNAids, mengkritik Kanada dan Inggris karena pengadaan vaksin untuk populasi mereka sendiri melalui Covax, program global yang didukung PBB untuk mendistribusikan vaksin secara adil.
Statistik resmi menunjukkan bahwa, awal tahun ini, Inggris menggunakan 539.370 dosis Pfizer sementara Kanada mengambil hanya di bawah satu juta dosis AstraZeneca.
Rohit Malpani, Penasihat Kesehatan Global Oxfam, menuduh kedua negara maju melakukan 'double dipping', menggunakan dua sumber yang berbeda ke dalam pasokan vaksin, setelah kedua negara mencapai kesepakatan mereka sendiri dengan perusahaan farmasi.
Menurutnya, itu berarti bahwa negara-negara miskin yang sudah berada di belakang antrian akan berakhir menunggu lebih lama.
Meski mengakui bahwa Kanada dan Inggris secara teknis berhak atas vaksin melalui Covax setelah membayarnya, tetapi dia menggambarkannya sebagai “tidak dapat dipertahankan secara moral”.
Menteri Kesehatan Inggris Edward Argar mengatakan kepada Sky News (21/10), bahwa ada "ketegangan" antara memastikan Inggris memiliki dosis yang cukup dan pemahaman bahwa "kita tidak dilindungi sampai semua orang dilindungi".
D“Dalam konteks Covax bahwa kami, sebagai sebuah negara, adalah salah satu negara yang memulainya dengan investasi keuangan yang besar di awal, dan kami juga, sebagai Pemerintah, sekali lagi, berinvestasi di Oxford/AstraZeneca vaksin dimuka, mencapai kesepakatan bahwa itu harus dikirimkan dengan harga biaya," imbunya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR