Dalam penelitian arkeolog sebelumnya tercatat bahwa firaun memiliki luka kepala yang parah tetapi tak ada luka lain di tubuhnya.
Oleh karena itulah memunculkan teori bahwa firaun itu ditangkap dalam pertempuran dan dieksekusi setelahnya.
Kondisi mumi tersebut juga buruk, yang menunjukkan bahwa pembalseman dilakukan dengan tergesa-gesa dan tidak sesuai dengan ritual dan teknik mumifikasi kerjaan yang epik.
Dengan pemindaian CT, maka peneliti berhasil mengungkap teka-teki kematian firaun tersebut.
Mengutip dari IFL Science (19/2/2021), para peneliti menyebutkan bahwa kematian Seqenenre Taa-II cukup brutal.
Dari pemindaian menunjukkan adanya beberapa luka di kepala yang tidak dijelaskan sebelumnya.
Kemudian, peneliti merumuskan teori baru jam-jam terakhir firaun.
Para peneliti mengira bahwa Seqenenre Taa-II tertangkap di medan perang dengan tangan terikat di belakang, sehingga dia tidak bisa membela diri dari penyerangnya.
Menurut Dr. Sahar Saleem, profesor radiologi di Universitas Kairo dan penulis utama studi, menyebutkan bahwa dari hasil pemindaian tersebut menunjukkan Seqenenre Taa-II benar-benar berada di garis depan bersama tentaranya, untuk mempertaruhkan nyawa membebaskan Mesir.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR