Buah pikiran Yamin itu tentu tidak datang sekejam dalam kedipan mata.
Resep persatuan yang diramu oleh Yamin juga mendapat pengaruh dari kegemarannya membaca buku.
Dalam perpustakaan pribadinya, dia punya 20.000 buku.
Saking gemarnya membaca, saat tidur pun Yamin memakai buku sebagai bantal dan selimutnya.
Istrinya punya tugas 'ronda', setiap malam dia harus memeriksa apakah ada buku yang tergenggam atau kaca mata yang nangkring pada Yamin yang telah terlelap.
Tak berlebihan bila ada yang bilang Yamin keranjingan buku.
Buku-buku tentang Indonesia, baik sejarah, budaya maupun
bahasa, dilalap habis tanpa bosan.
Karena kegemarannya membaca buku ini, Yamin dapat menemukan fakta-fakta mengenai sejarah Indonesia.
Hal ini pun kemudian diguanakan untuk mendorong bangkitnya
semangat persatuan dan kebangsaan.
Baca Juga : Sejarah Sumpah Pemuda 1928: Kronologi Lahirnya Bibit Nasionalisme
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR