Taylor Fravel, seorang ahli kebijakan senjata nuklir China yang tidak mengetahui tes tersebut, mengatakan bahwa rudal hipersonik yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir dapat membantu China "meniadakan" sistem pertahanan rudal AS yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik.
“Rudal hipersonik . . . terbang pada lintasan yang lebih rendah dan dapat bermanuver dalam penerbangan, yang membuat mereka sulit dilacak dan dihancurkan,” kata Fravel, seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology.
Fravel kemudian menambahkan bahwa uji doba tersebut akan "mengguncang" AS jika China benar-benar mengembangkan dan menggunakan senjata semacam itu.
Sasaran pertama yang paling rentan untuk menjadi korban rudal hipersonik tersebut adalah Taiwan.
Ketegangan di antara kedua negara ini bisa saja membuat China memilih untuk menggunakan senjata nuklirnya tersebut.
Sasaran lain, yang patut untuk dicemaskan oleh AS, jelas adalah negaranya sendiri.
Sebab, rudal hipersonik yang diuji coba tersebut secara teori mampu untuk terbang melintasi kutub selatan, untuk kemudian menyasar AS.
Hal ini akan membuat sistem pertahanan udara yang dimiliki AS nyaris jadi sia-sia karena selama ini hanya difokuskan pada rute kutub utara.
KOMENTAR